Jack Ma Sembunyi di Jepang, Lari Dari Xi Jinping

Pendiri Alibaba, Jack Ma
Sumber :
  • Instagram/@alibaba.group

VIVA Dunia – Miliarder Jack Ma dilaporkan bersembunyi di Jepang bersama keluarganya karena tindakan keras Beijing terhadap perusahaan-perusahaan teknologi, dan para pebisnis paling kuat dan kaya di China.

Ma, pendiri raksasa e-commerce Alibaba adalah orang terkaya di China, dia jarang terlihat di depan umum sejak mengkritik sikap regulator China terhadap perusahaan teknologi pada pertemuan puncak di Shanghai dua tahun lalu.

Selain penampilannya yang hanya berdurasi 48 detik awal tahun lalu, seorang analisis menggambarkan bahwa Ma seperti sedang disandera. Akan tetapi kapal super yacht Zen sepanjang 88 meter milik Ma terlihat musim panas lalu berlabuh di pulau Mallorca, Spanyol.

Jack Ma, Orang terkaya kedua di Tiongkok

Photo :
  • U-Report

Pada hari Selasa, 29 November 2022, Financial Times yang dimiliki oleh perusahaan media Jepang Nikkei, mengungkapkan bahwa Ma baru-baru ini tinggal di Jepang. Mengutip sumber anonim, surat kabar itu mengatakan bahwa selama hampir enam bulan mantan guru bahasa Inggris yang menjadi superstar teknologi itu telah tinggal di Tokyo bersama keluarganya.

Waktunya dihabiskan untuk memadukan bisnis dan kesenangan dengan kunjungan ke onsen (mata air panas), dan resor ski di pedesaan Jepang serta perjalanan reguler ke Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Melansir dari The Guardian, Kamis, 1 Desember 2022, Alibaba telah menjadi tameng dalam tindakan keras Beijing karena Jack Ma secara blak-blakan menuduh regulator pemerintah China menghambat inovasi pembisnis

Komentarnya dilaporkan membuat marah Presiden China Xi Jinping, yang kini menghadapi protes atas kebijakan nol-Covid China, dan hilangnya Ma selama tiga bulan dari mata publik.

Regulator China bergerak untuk memblokir flotasi pasar saham senilai US$34 miliar dari anak perusahaan pembayaran online Alibaba, Ant Group, yang akan menjadi penawaran saham terbesar dalam sejarah.

Beijing juga memerintahkan Alibaba untuk menjual beberapa aset medianya, termasuk South China Morning Post yang berbasis dii Hong Kong. Itu dilakukan Pemerintah China untuk menekan pengaruh publik yang berkembang, yang dikendalikan oleh konglomerat teknologi besar negara itu seperti Alibaba dan Tencent.