Jenazah Berserakan di RS Al Shifa Gaza, Bau Mayat Membusuk Tercium di Mana-mana
- AP Photo/Abed Khaled.
Palestina – Pertempuran Israel di Jalur Gaza telah berlangsung selama lebih dari lima minggu sejak serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Israel bertekad bahwa pihaknya bakal menghancurkan kelompok militan Palestina yang bermarkas di Gaza tersebut.
Sampai saat ini, pejabat kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas, Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 11.320 orang dengan sebagian besar adalah warga sipil dan anak-anak. Sampai saat ini, Israel terus menggempur wilayah Gaza bahkan bangunan rumah sakit sekalipun.
Terbaru, rumah sakit utama di Gaza, RS Al Shifa terpaksa harus menguburkan mayat di kuburan massal. Bahkan area sekitar rumah sakit tersebut tercium bau menusuk hidung lantaran mayat-mayat tersebut telat dikuburkan sehingga sudah membusuk.
"Ada jenazah berserakan di kompleks RS dan tidak ada listrik lagi di kamar mayat," kata Direktur RS Al-Shifa, Mohammad Abu Salmiyah dilansir dari Al Arabiya samil menambahkan bahwa sampai saat ini 179 jenazah telah dikebumikan di kuburan massal.
"Kami terpaksa menguburkan mereka di kuburan massal," ungkapnya sambil menambahkan bahwa ada sekitar tujuh bayi dan 29 pasien perawatan intensif di antara mereka yang meninggal dunia usai terkena bahan bakar untuk generator rumah sakit habis.
Israel sendiri sampai saat ini tidak mau menghentikan serangan dengan dalih kelompok Hamas bersembunyi di sana. Seorang saksi mengatakan bahwa bau mayat yang membusuk ada di mana-mana. Tapi, pertempuran malam hari dan serangan udara sudah mulai berkurang.
PBB sendiri yakin bahwa ribuan dan mungkin lebih dari 10.000 pasien, staf dan warga sipil mengungsi di sana. Namun para pengungsi tersebut tidak bisa melarikan diri karena serangan dari militer Israel yang tidak kunjung selesai.
Di sisi lain, nasib para bayi prematur yang mendapatkan perawatan di RS Al Shifa juga tidak kalah mengenaskan. Salah seorang dokter bernama Ahmed El Mokhallalati yang juga terlibat dalam perawatan bayi-bayi tersebut menggambarkan kondisi yang sangat memprihatinkan.
"Mereka berada dalam situasi yang sangat buruk di mana Anda perlahan-lahan membunuh mereka kecuali ada yang ikut campur untuk menyesuaikan atau memperbaiki situasi mereka," ungkap Dr. Ahmed El Mokhallalati seperti dilansir dari Al Jazeera.