100 Ribu Orang Tinggalkan Libya
- AP Photo
VIVAnews - Lebih dari 100.000 orang dilaporkan telah melarikan diri keluar perbatasan Libya seiring memburuknya situasi keamanan di negara itu. Sebagian besar dari mereka kini berada di wilayah tak bertuan di sekitar perbatasan Libya dalam cuaca yang sangat dingin.
Menurut laporan dari Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) yang dilansir dari laman CNN, Minggu 27 Februari 2011, terdapat lebih dari 40 ribu orang yang mengungsi dari Libya ke Tunisia sejak 20 Februari lalu.
Sementara itu, ada lebih dari 55 ribu orang dari Libya yang mengungsi ke Mesir. Para pengungsi itu terdiri dari warga Tunisia, Mesir, Libya, dan orang-orang di Asia.
Menurut laporan Bulan Sabit Merah yang bertugas di perbatasan antara Libya dan Tunisia, pada Sabtu kemarin saja, terdapat sekitar 10 ribu orang yang melintas perbatasan. Kebanyakan dari mereka berusaha mencari tempat aman, karena situasi memburuk di Libya.
“Orang dalam jumlah besar kini berada di tanah tak bertuan antara Libya dan Tunisia yang cuacanya sangat dingin,” ujar juru bicara Bulan Sabit Merah, Joe Lowry.
“Mereka berbaris selama enam jam tanpa makanan, minuman, maupun sanitasi yang baik,” Lowry melanjutkan.
Dia mengatakan bahwa terdapat beberapa orang yang ditandu karena terluka dalam kerusuhan antara pemerintah dengan demonstran.
“Sangat menyedihkan melihat wanita-wanita membawa bayi-bayi mereka dengan mantel diantara kerumunan orang, demi mencari aman,” ujar Lowry.
Terdapat sekitar 30 dokter kemiliteran dan 80-100 mobil ambulans yang ditempatkan di perbatasan. Tenda operasi juga telah didirikan, 1.000 unit kantung darah juga telah tersedia.
Sementara itu bandara Tripoli dilaporkan penuh sesak oleh para penumpang yang hendak kembali ke negaranya. Pintu check in yang hanya ada satu di bandara menyebabkan tertundanya banyak penerbangan. Beberapa negara juga tengah berlomba-lomba mengupayakan proses evakuasi para warganya.
Diantaranya adalah pengungsi asal Indonesia yang sedianya berangkat Jumat, namun baru hari Minggu baru bisa terangkut. Mereka diterbangkan ke ibukota Tunisia, Tunis, untuk menunggu situasi mereda.
Sebagian besar dari warga Indonesia yang dievakuasi adalah para pekerja konstruksi yang tengah mengerjakan proyek pusat perbelanjaan di kota Tripoli. (sj)