Maju sebagai Capres Libya, Ini Kontroversi Saif al-Islam Gadaffi

Putra mantan pemimpin Libya Muammar al-Gaddafi, Saif al-Islam al-Gaddafi
Sumber :
  • Twitter @desert____lion

VIVA – Saif al-Islam Gaddafi, salah satu putra mantan diktator Libya Muammar Gaddafi, telah mengkonfirmasi bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai calon Presiden Libya dalam pemilihan umum yang akan dimulai pada 24 Desember.

Deretan Pemimpin Negara dengan Latar Belakang Militer, Ada dari Indonesia?

Dia mendaftarkan pencalonannya di kota selatan Sebha, pejabat Komisi Pemilihan Nasional Tinggi telah mengkonfirmasi hal tersebut dilansir Guardian, Senin, 15 November 2021. 

Dalam foto dan video yang beredar menunjukkan Saif menandatangani surat-suratnya, berkacamata dengan janggut putih, dan dengan jubah cokelat tradisional yang mengingatkan pada pakaian ayahnya. 

5 Pemimpin Dunia Berzodiak Gemini, No 4 Meninggal Ditembak

Saif merupakan salah satu sosok terkemuka yang memang sudah diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden. Namun, masih harus dilihat berapa banyak dukungan yang dia miliki di negara ini.

Tokoh-tokoh lain yang diperkirakan akan bersaing sebagai capres adalah komandan militer wilayah timur, Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdulhamid al-Dbeibah, dan ketua parlemen Aguila Saleh.
 
Faksi-faksi di Libya dan negara-negara asing mendukung pemilihan umum di Libya digelar pada 24 Desember mendatang. Kendati demikian, penyelenggaraan pemungutan suara masih diragukan karena pihak-pihak yang bersaing belum menyepakati aturan dan jadwal.

Mobilnya Dihujani Peluru, PM Libya Lolos dari Upaya Pembunuhan

Tidak diketahui apakah Saif akan diizinkan untuk mencalonkan diri sebagai capres Libya. Pencalonan Saif kemungkinan besar akan ditentang oleh Turki, yang memiliki sejumlah besar pasukan di Libya dan menolak untuk menarik pasukan meskipun ada tekanan Eropa. Sementara negara-negara Teluk sepertinya bakal mendukung Saif.

Lebih dari 4 juta orang telah terdaftar untuk pemilu. Kemungkinan pemilihan presiden akan mengarah pada putaran kedua antara dua kandidat teratas.

Saif al-Islam Gaddafi telah menghabiskan selama satu dekade terakhir di dalam bui sejak penangkapannya pada tahun 2011 oleh pejuang dari wilayah pegunungan Zintan. Pada saat pemberontakan 2011, ia ditangkap di pos terdepan gurun Ubari sebelum dibawa ke kota pegunungan Zintan.

Saif ditahan oleh para penculiknya saat diadili melalui tautan video di Tripoli pada 2015 atas perannya selama pemberontakan. Dia dijatuhi hukuman mati, tetapi dibebaskan enam tahun kemudian.

Akan ada upaya baru untuk menangkapnya jika dia muncul di depan umum di ibu kota, Tripoli, terutama karena hubungannya dengan operasi tentara bayaran Rusia Grup Wagner. Dia juga dicari oleh pengadilan pidana internasional.

Saif al-Islam al-Gaddafi, putra mantan pemimpin Libya Muammar al-Gaddafi.

Photo :
  • ANTARA/Reuters/as

Ramah Barat 

Saif al-Islam Gaddafi menempuh pendidikan di London School of Economics dan fasih berbahasa Inggris, Saif al-Islam pernah dilihat oleh banyak pemerintah sebagai wajah Libya yang ramah Barat, dan tampaknya telah dipersiapkan untuk kekuasaan oleh ayahnya.

Anas El Gomati, pendiri lembaga thinktank Sadeq Institute, mengatakan "Dia memimpin inisiatif untuk menyelesaikan krisis Lockerbie pada tahun 2003, membebaskan perawat Bulgaria yang ditahan rezim pada tahun 2007, dan berbicara di acara-acara akademis yang menampilkan dirinya sebagai seorang reformis di barat. Pada saat pemberontakan pada tahun 2011 dia diharapkan untuk berdamai tetapi memihak ayahnya, mengancam Libya dengan kekacauan, dan dalam pidato berikutnya bahwa 'pembunuhan akan berlanjut'," paparnya
  
Kandidat lain untuk kepresidenan mungkin termasuk Jenderal Khalifa Haftar, kepala Tentara Nasional Libya dan tokoh terkemuka di timur negara itu. Dia telah dituduh melakukan banyak kejahatan perang, dan melakukan serangan yang gagal selama setahun di Tripoli, yang akan membuatnya tidak mungkin diterima oleh banyak orang di bagian barat negara itu. 

Perdana menteri sementara saat ini, Abdul Hamid al-Dbeibeh, juga ingin mencalonkan diri meskipun ada perselisihan tentang apakah posisinya saat ini melarangnya melakukannya.

Mantan menteri dalam negeri Fathi Bashagha menampilkan dirinya sebagai kandidat dengan mengklaim dukungan internasional yang kuat. Ketua DPR, Aguila Saleh, juga berencana mencalonkan diri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya