Obama: AS Tidak Akan Mundur dari Libya

Pemberontak Libya meninggalkan Ras Lanouf, 29 Maret 2011
Sumber :
  • AP Photo/Anja Niedringhaus

VIVAnews - Pasukan Amerika Serikat dan Inggris tidak akan pernah mundur dan melunak terhadap Muammar Khadafi sampai pemimpin Libya itu turun dari posisinya. Kedua negara mengatakan bahwa hal ini dilakukan demi melindungi rakyat Libya yang menjadi sasaran penyerangan tentara Khadafi.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, pada konferensi pers di Inggris, Rabu, 26 Mei 2011, mengatakan bahwa rakyat Libya harus menang melawan kediktatoran. Obama juga mengatakan bahwa AS akan terus berada di Libya sampai rakyat merasa aman, yang artinya Khadafi telah turun.

"Kami tidak akan melunak sampai rakyat Libya terlindungi dan bayang-bayang tirani dihapuskan," ujar Obama.

Obama mengakui bahwa operasi tentara koalisi dan NATO di Libya memang berjalan lambat, namun dia memastikan walaupun lambat namun prosesnya stabil. Operasi ini, ujar Obama, masih akan terus dilakukan sampai Khadafi tidak bisa lagi menyerang warga sipil.

"Waktunya sudah habis bagi Khadafi dan dia harus turun dari kekuasaan dan menyerahkannya kepada rakyat Libya. Kami tidak akan mengendurkan tekanan yang kami lakukan," ujar Obama.

Pernyataan ini disampaikan Obama usai bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, di kediamannya di Downing Street nomor 10. Inggris adalah salah satu negara tujuan Obama dalam tur sepekannya ke Eropa yang dimulai pada Senin lalu.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Cameron. Dia menghimbau agar masyarakat Inggris dan AS bersabar sebab misi kedua negara di Libya membutuhkan waktu. Kedua kepala negara sepakat untuk terus meningkatkan tekanan terhadap Khadafi.

"Ini bukan waktunya kita menciut dan mundur serta hanya memikirkan kepentingan dan masalah kita sendiri. Inilah masalah kita dan di sinilah kepentingan besar kita. Sulit membayangkan masa depan Libya dengan Khadafi yang masih berkuasa. Dia harus pergi," ujarnya.

Baik Obama dan Cameron tengah mengalami tekanan dari anggota parlemen mereka yang mempertanyakan peran kedua negara di Libya. Anggota parlemen AS bahkan mengancam akan mengurangi anggaran untuk misi Libya karena Obama dinilai telah mengirimkan pasukan tanpa seizin parlemen. (eh)