Maestro Legong Pukau Masyarakat Belanda

Pertunjukan Tari Legong di Den Haag Belanda
Sumber :
  • KBRI Den Haag

VIVA.co.id - Tak heran bila Dr. Bulantrisna Djelantik dikenal sebagai "Maestro Legong." Gerakannya yang lemah gemulai dan berkarakter dalam mempertunjukkan tarian khas Bali itu mampu membuat para warga Belanda yang menontonnya terpukau.

Dalam pertunjukkannya di aula Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag akhir pekan lalu, seluruh hadirin tampak terpesona dengan kepiawaian Bulantrisna dalam menampilkan dua karyanya. Banyak kolega dan muridnya dari berbagai kota di Belanda yang hadir dengan seksama terus memperhatikan setiap gerak-gerik tarian Legong itu, ungkap KBRI Den Haag.

Bekerjasama dengan Rumah Budaya Indonesia dan Bengkel Tari Ayu Bulan, KBRI Den Haag menghadirkan Bulantrisna untuk melakukan pertunjukan dan workshop Legong yang dikemas dengan tajuk “Legong Poetic Dialogue.”

"Ini merupakan bagian dari kampanye Indonesia untuk melestarikan Tari Legong dan mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO, selain untuk turut memperingati World Heritage Day yang jatuh pada 18 April," kata Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Den Haag, Ibnu Wahyutomo.

Kepada hadirin Ibnu memperkenalkan Bulantrisna sebagai seorang maestro Legong yang karyanya sudah dikenal oleh dunia, salah satunya adalah Legong Asmaradana. Bulantrisna juga memiliki hubungan khusus dengan Belanda, karena dilahirkan di kota Deventer ketika ayahnya, yang keturunan Raja Karang Asem, bersekolah di Negeri Kincir Angin itu.

Bulantrisna, di hadapan para hadirin, mempertunjukkan “Legong Kupu-kupu Carum,” yang ditarikan oleh dua penari dari Bengkel Tari Ayu Bulan. Sedangkan Bulantrisna sendiri menarikan Tari Legong Lasem yang menceritakan kisah penculikan putri Langkesari oleh Raja Lasem.

Selain kedua pertunjukan tari, Bulantrisna juga melakukan presentasi mengenai filosofi Legong yang telah bertahun tahun menjadi salah satu tarian yang sering dipentaskan pada kegiatan budaya di Bali.

Dia mengungkapkan bahwa Indonesia tengah mendaftarkan 9 tarian ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia, yakni Sang Hyang Dedari, Legong Kraton, Rejang, Gambuh, Topeng, Barong, Baris Joged Bumbung dan Wayang Wong. Oleh karena itulah Bulantrisna mengajak para hadirin untuk turut mengkampanyekan agar tarian-tarian tersebut segera mendapat pengakuan dari UNESCO.

"Selain di KBRI Den Haag, workshop “Legong Poetic Dialogue” juga diselenggarakan di Universitas Leiden, dan ditampilkan pada Acara “Indomania” di kota Amsterdam," ungkap Azis Nurwahyudi, Minister Counsellor Penerangan, Sosial dan Budaya di KBRI Den Haag.