MSF Duga Rumah Sakit di Afghanistan Dibom Militer Koalisi AS

Dokter Lintas Batas (MSF) merawat korban luka di RS Al Shifa
Sumber :
  • Samantha Maurin/MSF
VIVA.co.id - Organisasi kemanusiaan medis, Medecins Sans Frontieres (MSF), membantah klaim kelompok militan Taliban menembak dan menjadikan area rumah sakit sebagai tameng dalam berperang melawan pasukan koalisi Amerika Serikat. Perwakilan MSF mengatakan pintu di rumah sakit ditutup sepanjang malam, sehingga tak mungkin dimasuki oleh kelompok Taliban. 

Dikutip dari kantor berita Reuters, Minggu, 4 Oktober 2015, klaim mengenai adanya penyusup di rumah sakit MSF disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Afghanistan di ibukota Kabul. Hal itu yang dijadikan alasan rumah sakit yang mereka dirikan ikut menjadi sasaran pengeboman. Padahal, sesuai hukum internasional, fasilitas medis dilarang ikut diserang.

Militer AS juga menyebut ada serangan udara yang dilakukan oleh Taliban di dekat rumah sakit. Sebab, mereka mengaku ada personil Taliban yang melepaskan tembakan langsung ke arah anggota militer Negeri Paman Sam. 

"Pintu komplek rumah sakit ditutup sepanjang malam, sehingga tidak ada satu pun selain staf, pasien atau juru rawat yang berada di dalam rumah sakit saat pemboman terjadi," kata MSF dalam pernyataan tertulisnya. 

Dalam serangan yang terjadi pada hari Sabtu kemarin telah menewaskan sebanyak 19 staf dan pasien di rumah sakit di area Kunduz. Sedangkan, 37 orang lainnya dilaporkan mengalami luka. 

Menurut keterangan tertulis dari MSF yang juga diterima VIVA.co.id pada Minggu, 4 Oktober 2015, Presiden MSF, Meinie Nicolai, mengatakan pembomban telah dimulai sejak pukul 02.08 hingga pukul 03.15. Bangunan utama RS trauma yang menaungi bangsal rawat intensif (ICU), unit gawat darurat dan unit fisioterapi berkali-kali dihantam dengan penargetan yang tepat pada setiap serangan. 

Sisa bangunan di sekelilingnya sebagian besar tidak tersentuh. 

"Bom menghantam, kemudian kami mendengar pesawat terbang berputar di udara. Ada jeda, kemudian disusul hantaman bom lagi. Ini terjadi lagi dan lagi. Ketika saya berhasil keluar dari kantor, bangunan utama rumah sakit sudah dilalap api," papar Kepala Program MSF di Afghanistan Utara, Heman Nagarathnam. 

Dia melanjutkan, orang-orang yang bisa bergerak dengan cepat segera lari ke kedua bunker bangunan untuk menyelamatkan diri.

"Namun, pasien yang tidak bisa lari, tewas terbakar di ranjang," kata dia. 

Pemboman tetap terjadi, meskipun MSF telah menginformasikan koordinat GPS rumah sakit kepada militer koalisi dan Afghanistan serta petugas sipil sejak tanggal 29 September. 

Nicolai mengatakan selain menyebabkan korban jiwa, serangan itu telah memutus akses untuk memperoleh layanan trauma darurat bagi penduduk Kunduz. 

"Padahal, layanan tersebut sangat dibutuhkan. Sekali lagi, kami meminta semua pihak yang berperang untuk menghormati penduduk sipil, fasilitas kesehatan dan staf medis, sesuai aturan hukum internasional," tegas Nicolai. 

Dia turut menuntut dilakukan penyelidikan menyeluruh secara independen mengenai serangan itu. Nicolai tegas mengatakan tidak bisa menerima kehilangan nyawa yang sangat menyakitkan disederhanakan sebagai 'collateral damage' atau korban tambahan yang bukan menjadi sasaran. (ren)