Pengungsi Suriah di Jerman Rindu Santapan Khas Ramadan

Anak-anak pengungsi Suriah.
Sumber :
  • REUTERS/Muhammad Hamed

VIVA.co.id – Para imigran dan pencari suaka yang berada di Jerman mengaku merindukan sanak keluarga dan makan bersama pada bulan suci Ramadan ini. Mereka mengatakan menjalani ibadah puasa di negara orang lain sangat berbeda dengan yang biasa dijalankan di negara asalnya.

"Saya berdoa agar bisa bertemu dengan istri saya yang terpisah dan berada di kamp Yunani. Saya juga rindu masakan ibu saya saat bulan puasa yaitu, makloubeh (menu nasi dan daging)," kata Khairallah Swaid, salah seorang pencari suaka asal Suriah seperti dilansir dari laman euractiv.com, Rabu, 8 Juni 2016.

Di Jerman, sebagian besar para pengungsi dan pencari suaka masih tinggal di tempat penampungan, di mana mereka telah lama mengeluhkan bahwa makanan yang disajikan oleh katering yang dikontrak oleh pemerintah setempat adalah "makanan ternak".  "Anda tidak dapat memiliki Ramadan tanpa makanan yang baik," kata Swaid (25 tahun).

Ia mengaku sangat merindukan istrinya beserta dengan masakan khas yang selalu disajikan ibunya ketika bulan Ramadan. Selama berada di Jerman, Swaid dan pencari suaka lainnya biasa mengonsumsi roti, nasi dan sayuran saja. Berbeda dengan yang mereka makan ketika di negara asal.

Mohammed, seorang warga negara Suriah menemukan beberapa potongan roti di tanah dekat kantin, ia lalu menyobek-nyobeknya dan membuangnya keluar. "Kami ingin membuang sisa roti untuk burung-burung, jadi saya dan saudara saya dapat melihat mereka dari dekat," katanya.

Dalam Islam, umat tidak boleh membuang sisa-sisa makanan, tetapi memberikan kepada yang membutuhkan atau hewan.

Mohammed mengatakan, dia dan para imigran lainnya berusaha untuk memakan roti dengan menambahkan bumbu-bumbu agar lebih lezat. "Biasanya kami memasak makanan Arab selama Ramadan dan makan bersama teman-teman, namun di sini kami sendirian," kata dia. (ase)