Pertemuan Menlu ASEAN Buntu

Kapal Penjaga Pantai China di wilayah Laut China Selatan yang menjadi sengketa.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id – Negara-negara Asia Tenggara gagal mencapai kesepakatan mengenai sengketa maritim di Laut China Selatan dalam sebuah pernyataan bersama (Joint Communique), setelah Kamboja menolak pernyataan apa pun terkait putusan pengadilan internasional melawan Beijing.

Menteri luar negeri 10 negara anggota ASEAN pertama kali bertemu, melalui ASEAN Ministerial Meeting (AMM) ke-49 di Laos, sejak Pengadilan Arbitrase memenangkan Filipina dalam sengketa maritim, bulan ini.

Dalam pertemuan tersebut, Filipina dan Vietnam menginginkan Joint Communique yang dikeluarkan menlu ASEAN, untuk mempertegas sikap menghormati hukum internasional.

Namun, sebelum pertemuan, Kamboja yang merupakan sekutu paling dekat China, menentang usulan tersebut. Dalam hal ini, Phnom Penh mendukung Beijing atas sengketa Laut China Selatan.

"Kami masih mengupayakan hal ini. Saya juga berharap agar anggota ASEAN dapat mencapai kesepakatan," kata Menlu RI Retno Marsudi, di Vientiane, Laos, seperti diberitakan Reuters, Senin, 25 Juli 2016.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhon, menolak mengomentari posisi negaranya terkait hal ini. Bahkan, setelah pertemuan yang diadakan pada tengah malam, menlu Kamboja masih enggan berkomentar.

Ini merupakan kedua kalinya ASEAN gagal mengeluarkan pernyataan, kali ini dalam pertemuan AMM ke-49. Sebelumnya, pada 2012, ASEAN juga menghadapi hal serupa, lantaran Kamboja mendukung Beijing dalam sengketa maritim tersebut.