Ethiopia dan Mimpi Meraih Dunia

Suku di Ethiopia menggunakan alam sebagai bagian dari busana mereka.
Sumber :
  • dunia-kesenian.blogspot.co.id

VIVA.co.id – Ingatan tentang Ethiopia bagi sebagian warga Indonesia mungkin masih ingatan tentang negara yang kekeringan dan kelaparan. Namun itu 20 tahun yang lalu. Ethiopia kini terus bebenah.

Republik Federal Demokratik Ethiopia, dengan ibu kotanya Addis Ababa, terletak di ketinggian 2.355 meter di atas permukaan laut. Dalam 25 tahun terakhir, Ethiopia menjadi negara Afrika yang menunjukkan perkembangan ekonomi sangat pesat dibandingkan dengan negara-negara lain di benua tersebut.

Menurut World Bank, Ethiopia mengalami pertumbuhan yang kuat dan luas, dengan angka kenaikan rata-rata sebesar 10,8 persen per tahun pada tahun 2004–2014, atau lebih dari dua kali lipat rata-rata pertumbuhan regional.  

Dengan luas wilayah yang mencapai 1,1 juta kilometer persegi, maka Ethiopia memilih mempergunakan wilayah daratannya yang luas untuk mengembangkan industri agraria secara maksimal.

Dengan usaha tersebut, maka pertanian telah menjadi penyumbang terbesar bagi GDP dan ekspor dari Ethiopia, bahkan mampu memberikan pekerjaan bagi tiga dari empat pekerja lokal.

Melalui rilisnya yang diterima VIVA.co.id, Rabu, 21 September 2016, saat ini, pemerintah Ethiopia menerapkan objek baru dalam program rencana pembangunannya untuk lima tahun ke depan, yang dikenal dengan Growth and Transformation Plan (GTP).  Objek ini berupa transisi menuju model ekonomi baru, yaitu membangun sektor agro-industri dan manufaktur di dalam negeri dengan tujuan memaksimalkan pendapatan ekspor serta merangkul investasi yang lebih luas dari mancanegara.

Kebijakan itu diharapkan mampu mentransformasikan ekonomi negeri tersebut dari agraria menjadi industrial atau manufaktur. "Harapannya adalah dalam beberapa tahun Ethiopia menjadi salah satu pusat manufaktur di Afrika," demikian tertulis dalam pernyataan tersebut.

Berbagai projek sudah dilakukan, dan semakin dikembangkan, untuk merealisasikan GTP tersebut. Pemerintah Ethiopia juga memberikan kemudahan untuk Foreign Direct Investment (FDI) di bidang pertanian, manufaktur, turisme, pertambangan, tenaga hydro, dan Layanan Sosial.

Dengan strategi tersebut, negara dengan populasi terbesar kedua di Eropa tersebut berharap mampu meraih status middle-income pada tahun 2025 mendatang. Ethiopia berharap, kelak akan diakui secara internasional sebagai mitra perdagangan dan investasi yang terpercaya.