Anggaran Diperketat, Raja Saudi Justru Bangun Vila Mewah

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Tahun 2016 merupakan yang paling menantang bagi perekonomian Arab Saudi. Penurunan tajam harga minyak dunia di bawah US$50 per barel jelas berdampak terhadap pemotongan gaji menteri kabinet dan pegawai negeri sipil serta rekor defisit anggaran pada 2015 yang mencapai US$100 miliar.

Namun begitu, hal ini tidak menghentikan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, untuk menambahkan pundi-pundi aset kekayaannya. Mengutip situs Daily Mail, Rabu, 28 Desember 2016, raja ketujuh negeri Petro Dollar itu tengah membangun vila mewah pribadi terbaru di Pantai Tangier, Maroko.

Terpantau oleh foto satelit yang diambil pada Oktober 2016, vila mewah tersebut kini dilengkapi dengan tambahan dua helipad, beberapa bangunan tambahan serta tenda mewah berukuran besar.

Salah satu tempat "persembunyian" favorit penguasa berusia 80 tahun ini merupakan kompleks luas yang dikelilingi dinding seluas 1.500 meter, dikelola oleh 30 anggota pengawal Kerajaan Maroko dan memiliki fasilitas medis sendiri, serta dapur sekelas restoran internasional.

Menanggapi pemberitaan ini, Juru Bicara Departemen Kebudayaan dan Informasi Arab Saudi, Anas al-Qusayer, dalam sebuah pernyataan tertulis, mengungkapkan bahwa biaya pembangunan vila mewah murni berasal dari tabungan pribadi Raja Salman, dan bukan uang negara.

Padahal, dua minggu sebelumnya, Raja Salman mengingatkan bahwa ia akan menerapkan langkah-langkah restrukturisasi perekonomian dalam menghadapi penurunan harga minyak dunia yang cukup tajam. Ia pun mendorong perlu diterapkan kebijakan ketat untuk menghindari 'kerusakan jangka panjang'.

Kebijakan tersebut dituangkan pada September 2016 dengan melakukan pemotongan gaji menteri dan anggota dewan syura masing-masing sebesar 20 persen dan 15 persen, serta penurunan tunjangan jabatan bagi PNS.

"Negara telah berusaha untuk menangani perubahan ini melalui berbagai kebijakan untuk merestrukturisasi perekonomian. Beberapa diantaranya mungkin menyakitkan tapi hanya jangka pendek. Tujuannya melindungi perekonomian negara dari keterpurukan," tegasnya.

Penurunan harga minyak dunia sejak pertengahan 2014 telah mendorong negara-negara di Teluk Arab yang kaya energi mengekang pengeluaran. Defisit anggaran yang mencapai US$100 miliar pada 2015 memaksa Saudi untuk menemukan cara baru untuk menambah pundi-pundi kas negara.