Video Komunitas Bumi Datar Adu Teori dengan Kepala Lapan

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin (kiri).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, menerima kunjungan Komunitas Bumi Datar di kantor Lapan, Jakarta Timur, 30 Desember 2016. Komunitas tersebut datang ke kantor Lapan untuk mengajak adu teori soal benar tidaknya Bumi itu datar. 

Thomas menyanggah 'teori' Bumi datar. Profesor riset Lapan ini menegaskan, yang ada hanya teori bahwa Bumi itu bulat. Menurutnya, Bumi datar hanyalah sebuah dongeng dan tidak ada teori yang bisa membuktikannya. 

"Bukankah kita dulu tidak pernah mendebat dongeng khayalan, cukup menikmatinya saja? Atau seperti membaca buku novel fiksi. Kalau sudah capek mendengarkan atau membacanya, tinggalkan tidur saja," tulis Thomas dalam blog pribadinya dikutip Selasa 3 Januari 2017.

Secara sederhana, Thomas cukup dengan memperlihatkan potret jarak jauh oleh satelit dari luar angkasa. Mulai dari titik terinci, misal titik menunjukkan kantor Lapan, lalu di zoom out wilayah DKI Jakarta,  kemudian zoom out lagi untuk memperlihatkan Indonesia. Selanjutnya jika terus di-zoom out, maka bisa melihat Asia dam Bumi yang bulat.

Dalam salah satu diskusi tersebut, komunitas Bumi Datar menanyakan jika teori Bumi bulat benar, mengapa horizon permukaan air laut dan jembatan terpanjang tidak terlihat melengkung. Menjawab pertanyaan tersebut, Thomas menjelaskan untuk melihat bidang lengkung, harus lah sebuah bidang yang jaraknya panjang, sebab jari-jari Bumi mencapai 6300 Km.  

“Kalau kita ambil bentangan horizon laut atau jembatan terpanjang sekitar 2 km, maka bentangan tersebut terlalu kecil dibandingkan dengan jari-jari bumi,” jawabnya.

Thomas kemudian memberikan analogi yang sederhana. Dengan memperkecil skala. Dia mengambil contoh misalkan jari-jari Bumi dibuat 63 meter, yang kira-kira setengah panjang lapangan bola. Dengan ukuran tersebut, maka bentangan jembatan atau horizon laut hanya digambarkan menjadi 0.02 meter atau 2 cm. 

“Garis 2 cm pada lingkaran sebesar setengah lapangan bola seperti itu tentu tidak akan terlihat kelengkungannya,” tuturnya.

Komunitas Bumi Datar juga menanyakan seputar teori Bumi bulat. Mereka apakah satelit yang diluncurkan tidak menabrak kubah langit.

Thomas menjawab, satelit diluncurkan sampai ketinggian lebih dari 400 km, bahkan lebih. Contohnya satelit Lapan A2 diorbitkan pada ketinggian 650 km. "Tidak ada kubah langit," kata dia.

Komunitas itu juga menanyakan bagaimana pembuktian adanya satelit di orbit. Thomas dengan mudah menjawab, bukti adanya satelit yaitu ada pengendalian satelit, komunikasi data, dan perolehan datanya. 

“Penggunaan satelit untuk siaran TV dan komunikasi data perbankan untuk ATM, menjadi bukti pemanfaatan satelit yang langsung dirasakan masyarakat,” ujarnya. 

 

(ren)