Serangan Gas di Suriah, DK PBB Gelar Pertemuan Darurat

Bangunan yang hancur akbat ganasnya serangan senjata kimia di Idlib Suriah
Sumber :
  • REUTERS/Ammar Abdullah

VIVA.co.id – Serangan gas klorin di Provinsi Idlib, Suriah, yang menewaskan 72 orang dan melukai ratusan orang lainnya pada Selasa, 4 April 2017, menuai kecaman internasional, di antaranya Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Turki, dan Uni Eropa.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa langsung menggelar pertemuan darurat di Brussels, Belgia, satu hari berikutnya. Sementara itu, AS mengancam Rusia dan PBB soal serangan senjata kimia di Suriah yang menyebabkan banyak korban dari kalangan anak-anak.

Pertemuan darurat ini hasil desakan dari Inggris dan Prancis. Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengingatkan bahwa negaranya akan mengambil aksi sepihak apabila organisasi bangsa-bangsa di dunia itu gagal bertindak cepat.

"Kalau PBB terus-menerus gagal dalam melakukan tugasnya untuk bertindak kolektif, maka ada saat-saat di mana kita terpaksa untuk mengambil tindakan sendiri," kata Haley, seperti dikutip Aljazeera, Kamis, 6 April 2017.

Inggris, Prancis, dan AS telah mengajukan rancangan resolusi yang berisi tuntutan penuh untuk menyelidiki serangan tersebut. Ketiga negara menuding pemerintah Suriah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam serangan tak bermoral itu.

Namun, pembicaraan berakhir tanpa suara setelah Rusia, sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengatakan rancangan resolusi tersebut sebagai "kategori yang tidak dapat diterima".

Suriah dan Rusia justru menyalahkan pemberontak, oposisi Suriah dukungan Barat. Halley lalu mengecam Moskow karena dianggap gagal mengendalikan Damaskus, ibu kota Suriah.

"Berapa banyak lagi anak-anak harus mati sebelum Rusia yang peduli? Jika Rusia benar-benar memiliki pengaruh di Suriah, mereka harus menggunakannya. Akhiri perbuatan mengerikan ini," dia menegaskan. (art)