Gerakan Anti-Islam di AS Meningkat Drastis

Sejumlah umat Muslim salat berjamaah di jalan di kawasan Times Square, Manhattan, Kota New York, beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri

VIVA.co.id – Pada November tahun lalu, Masjid Al Kareem di Providence, Rhode Island, Amerika Serikat, menerima sebuah surat ancaman yang menyebut umat Islam sebagai orang-orang keji dan kotor.

Ancaman ini membuat jamaah setempat ketakutan, sehingga meminta perlindungan ekstra dari polisi. Namun, masjid berusia 42 tahun itu tak sendirian.

Sebab, surat itu hanyalah satu dari 2.213 insiden anti-Muslim di AS di tahun lalu, menurut laporan yang dikeluarkan oleh Council on Americn-Islamic Relations (CAIR).

Menurut laporan CAIR, seperti dilansir Reuters, Selasa 9 Mei 2017, insiden anti-Muslim di negeri Paman Sam telah mengalami kenaikan sebesar 57 persen pada tahun lalu, meningkat dari 1.409 kejadian dari 2015.

Penyebab kenaikan angka ini, selain karena terpilihnya Donald John Trump sebagai Presiden AS, karena kebijakan sang presiden melawan kelompok ISIS dan kelompok antiretorika imigran.

Masjid tertua di Rhode Island itu memang hanya menerima ancaman. Sebab, beberapa masjid lainnya seperti di Florida dan Texas, justru dibakar dalam kasus-kasus tertentu.

Laporan itu juga menunjukkan adanya peningkatan kebencian terhadap Muslim yang meningkat sebanyak 44 persen di tahun lalu. Kebencian ini tidak saja terjadi di suatu tempat tertentu, namun telah menyebar ke beberapa tempat.

Seperti diketahui, selama masa kampanyenya, Trump berjanji untuk mengeluarkan perintah eksekutif (executive order) larangan terhadap warga Muslim yang datang ke AS, sebagai cara untuk mencegah serangan dari militan Islam.

Perintah eksekutif ini awalnya hanya dimaksudkan untuk menghentikan sementara warga dari beberapa negara mayoritas Muslim di dunia. Namun, peraturan ini telah digagalkan oleh pengadilan AS.

Akan tetapi, orang-orang Muslim tak sendirian. Sebuah laporan yang dikeluarkan bulan lalu oleh the Anti-Defamation League mencatat adanya kebaikan sebanyak 34 persen terhadap tindakan anti-Semit (kebencian terhadap orang Yahudi) pada 2016. (ren)