Tanah Retak di Tangerang Jadi Wisata Baru Instagramable

Tanah retak akibat kemarau di Pakuhaji, Tangerang, jadi tempat wisata baru.
Sumber :
  • Sherly/ Tangerang

VIVA – Musim kemarau mengakibatkan kekeringan di beberapa wilayah di Tangerang. Namun begitu, keadaan ini mendatangkan peluang untuk menghadirkan lokasi wisata baru. Seperti yang terjadi di Desa Kramat, Pakuhaji, Tangerang. Tanah seluas satu hektar yang masuk dalam kawasan Pantai Anom sudah dijadikan tempat wisatawan lokal.

Struktur tanah yang dilanda kekeringan di tempat itu menjadi unik. Tanah yang mengalami retakan-retakan dijadikan sebagai tempat berfoto yang menjadi Instagramable. Dari catatan, hujan tidak mengguyur wilayah setempat selama satu bulan terakhir.

"Betul, tanah didesa kami ini jadi terkenal karena struktur tanahnya yang retak-retak dan sekarang jadi tempat wisata," kata Kepala Desa Kramat, Nur Alam, Selasa, 9 Juli 2019.

Sudah sepekan ini, tanah di wilayah itu mengalami retak-retak. Sebelum kemarau datang, tanah tersebut sempat terendam air Sungai Cisadane akibat jebolnya tanggul Cisadane yang ada di kawasan setempat.  

"Jadi awal mula muncul tanah ini, karena sebelumnya tanah ini terendam air akibat tanggul yang jebol pada enam bulan lalu. Kemudian lambat laun air itu mengering ditambah musim kemarau yang melanda satu bulan terakhir ini, jadilah tanahnya retak-retak," ujarnya.

Tak hanya tanah yang retak, keberadaan pohon-pohon yang mati akibat kekeringan juga menjadi pemandangan yang menarik. Lokasi di sekitar pohon itu menjadi incaran berfoto.

Untuk menuju ke lokasi tersebut, masyarakat hanya bisa menggunakan kendaraan roda dua. Ini lantaran akses yang sempit dan jalanan yang cukup curam.

"Bisa pakai mobil tapi hanya sampai setengah jalan. Nah, untuk masuk ke lokasi masih berjarak satu kilometer lagi dan itu cuma bisa pakai kendaraan roda dua saja," ujarnya.

Kedepannya, pihak pemerintah akan melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait fenomena ini. Koordinasi secara khusus akan dilakukan dengan Perhutani guna membenahi akses jalan menuju lokasi wisata, serta menyediakan petugas khusus.

"Sampai saat ini belum ada petugasnya, dan tidak dikenakan biaya masuk hanya untuk biaya parkir saja Rp5 ribu, karena masih baru. Tapi, kedepannya akan dibenahi," ujarnya.  

Salah seorang pengunjung bernama Pramita mengatakan, fenomena di lokasi ini memang menjadi tempat wisata baru bagi warga Tangerang. Warga banyak yang datang karena kawasan itu bersebelahan dengan kawasan Pantai Anom.

"Baru banget kayak gini, sebelah laut, sebelah lagi hutan mati gitu. Jadi bagus, satu lokasi bisa dua tempat wisata," ujarnya.