Relawan Minta Kaesang Berantas ‘8 Tuyul’ yang Bikin Resah Warga Depok

Diskusi politik soal calon wali kota di Depok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Galih Purnama (Depok)

Depok – Relawan Depok Kaesang Menang (Sang Menang) meminta Kaesang Pangarep benar-benar memberantas "tuyul-tuyul" yang ada di Kota Depok jika nanti menjadi wali kota.

Hal itu menindaklanjuti ucapan putra bungsu Presiden Joko Widodo tersebut dalam sebuah podcast bahwa Kaesang siap memberantas "tuyul-tuyul" di Depok. Pasalnya "tuyul-tuyul" itu meresahkan dan mengambil uang rakyat serta merugikan warga.

Koordinator Relawan Sang Menang wilayah Kecamatan Sawangan, Jennifer Veronique mengatakan, ada delapan "tuyul" yang berkeliaran di Depok. Mulai dari pelaku kekerasan seksual, sindikat prostitusi anak, tukang gusur sekolah, pembuat kebijakan intoleran, pemain program dan anggaran, perusak lingkungan, mafia tanah dan maling setu, serta pengutip retribusi ilegal.

Jalan Juanda di Kota Depok.

Photo :
  • ANTARA/Foto: Feru Lantara

“Kami minta Mas Kaesang memberantas semuanya saat menjadi Wali Kota Depok,” kata Jennifer dalam diskusi publik bertajuk 'Menakar Komitmen Lingkungan Calon Wali Kota Depok Kaesang Pangarep: Kaesang Menang, Kembalikan Setu yang Hilang' di Pengasinan, Kota Depok, Minggu, 2 Juli 2023.

Salah satu undangan dari Founder Yayasan Pohon Emas Nusantara (PENA Foundation), Sandi Hanafia mengungkapkan delapan tuyul yang dimaksud tersebut memang relevan dengan isu Depok saat ini.

“Sempat viral kan isu tuyul dan babi ngepet di Depok, juga poin-poinnya memang sedang menghangat di Depok,” katanya.

Terkait isu situ yang hilang, menurut dia, dulu saat ia concern di Depok, pada 2018 keras berbicara Situ Gugur di Kelurahan Pasir Putih Sawangan yang diuruk dan ada juga situ yang menurut informasi dijadikan perumahan.

“Bahkan dari 33 situ, yang masih eksisting dan aktif hanya 19 sampai dengan 20 an situ, pada 2020 Paripurna RTRW sampai sekarang juga belum ada turunannya. Dulu ada istilah kalau dulu Depok banjir Jakarta kelelep, eh, sekarang sudah sedengkul,” ujarnya.

Terkait dengan pemenuhan ruang terbuka hijau (RTH) yang seharusnya 30 persen, kata dia, saat ini baru ada 12,8 persen. Menurutnya, Depok masih belum jelas apa yang mau dibenahi, apakah infrastruktur dulu atau suprastruktur lebih dulu. Jika infrastruktur yang pembangunan fisik, sedangkan suprastruktur di sistem dan sumber daya manusia (SDM) yang dibenahi.

“Jangan bicarakan SDM yang hebat-hebat di Depok, tapi di sisi lain wilayahnya tidak dibenahi. Depok itu sudah sangat heterogen, bonus demografi milenial dan GenZ luar biasa, bahkan online shop-nya termasuk yang sangat besar, tapi tanpa tidak ada pembinaan,” ujarnya.

Relawan Gen Z Sang Menang, Ossama Ruzicka menambahkan, anak muda Depok cenderung apolitis karena adanya ketidaksesuaian harapan masyarakat dengan apa yang dikerjakan oleh pemerintah. “Pemerintah Kota Depok harus mendengarkan masyarakat, namun masyarakat juga harus memahami adanya keterbatasan pemerintah kita, termasuk dari sisi anggaran,” katanya.