Preman di Mata Hercules

Hercules Rosario Marshal
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Salah satu tokoh pemuda Jakarta, Hercules Rosario Marshall, tidak setuju jika debt collector disamakan dengan preman. Dia mengatakan jasa penagihan tidak akan pernah ada jika hukum ditegakkan.

"Ini perlu kami klarifikasi ke masyarakat, supaya tidak dibodohi terus. Pejabat-pejabat yang bilang preman itu bodoh," kata Ketua Gerakan Rakyat Indonesia Baru dalam perbincangan dengan VIVAnews.

Menurutnya para pengusaha itu sengaja menyewa debt collector karena aparat penegak hukum tidak dapat bertindak tegas pada sejumlah kasus utang piutang.

"Utang itu harus dibayar. Tapi polisi tak mau tangkap. Maka itulah ada debt collector," kata dia. Dia menuding preman yang sebenarnya adalah penjahat berkerah putih. "Sehingga kalau preman ada masalah, lalu dibesar-besarkan," kata dia.

Dini hari kemarin terjadi penyerangan oleh puluhan pemuda bersenjata tajam di rumah duka RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Berdasarkan data polisi, dua tewas dan empat luka bacok. Atas kejadian itu sejumlah tokoh menyayangkan merebaknya aksi premanisme di Ibukota Jakarta. Untuk memberantas aksi brutal itu, hukum harus ditegakkan.

"Itu pemeriksaan polisi, saya harap polisi bisa menyelesaikan," ujar mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla.

Hercules menambahkan, seharusnya, kata dia, pemerintah dapat menjelaskan kepada masyarakat preman mana yang harus dibasmi, organisasi mana yang harus dibubarkan.

"Preman yang dibasmi itu yang mencuri, merampok, membunuh. Tetapi kalau berkelahi itu ada sesuatu yang dipertahankan karena hukum tidak adil. Sehingga terjadilah jual jasa," ucapnya. (adi)