Kisah Walang, Pengemis "Tajir" yang Mau Naik Haji

Pengemis di Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Berjalan pelan sambil mendorong-dorong gerobak sudah jadi pekerjaan Walang bin Kilon (54). Dengan nafas terengah-engah dia menengadahkan tangan kepada setiap orang yang dijumpainya.

Hampir setiap hari warga Kelurahan Pasir Bungur, Kecamatan Purwodadi, Subang, Jawa Barat itu berkeliling Jakarta dengan mendorong gerobak yang dinaiki Sa'aran bin Satiman (60). Kedua pria gaek itu mengharapkan rupiah dari orang yang iba melihatnya.  

Saat ditemui di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis 28 November 2013, Walang, menceritakan awal kisahnya mengadu nasib sebagai pengemis di Ibu Kota.

Enam bulan lalu Walang mengajak Sa'aran hijrah ke Jakarta. Mereka berangkat dari Subang dengan menumpang kereta api menuju Stasiun Lemah Abang, Bekasi. Dari stasiun itu mereka mulai meminta-minta.

Walang mendorong gerobak yang dinaiki Sa'aran ke Jakarta. Menurutnya, Sa'aran memang sengaja ditaruh di gerobak karena berpura-pura sakit yang butuh pengobatan. Dengan cara itu Walang berharap welas kasih orang yang melihatnya. Mereka berhenti di setiap rumah makan. Jika lelah atau telah malam, keduanya mencari tempat untuk tidur. "Biasanya kami tidur di emperan toko," kata walang.

Dengan mengemis, Walang mengaku sehari bisa mendapat Rp100 ribu hingga Rp200 ribu. Bahkan saat hari besar mereka bisa meraup Rp1 juta. "Uang hasil mengemis saya serahkan ke keluarga di kampung untuk nafkah dan mencicil naik haji. Sisanya saya pakai untuk makan sehari-hari," ucap dia.

Walang serius untuk bisa pergi ke Tanah Suci karena dia memiliki tabungan Rp25 juta. Walang telah membayar uang pendaftaran untuk naik haji sebesar Rp15 juta dengan perkiraan keberangkatan pada 2019. "Tabungan itu saya dapat dari usaha jual beli kambing dan sapi ternak dua tahun lalu, dan hasil mengemis selama enam bulan."

Walang dan Sa`aran diciduk petugas dari tempat mereka biasa mangkal di bawah Flyover Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa malam 26 November 2013. Petugas menemukan uang tunai sebesar Rp25 juta yang dsimpan di dalam kantong-kantong plastik hitam yang sangat kotor.

"Plastik pertama kami buka dan hitung ada Rp7 juta. Lalu plastik lainnya juga ada uang, dengan total keseluruhan Rp25.448.600," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Miftahul Huda.

Kepala Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya II Daya Purwono, mengatakan keduanya akan segera di pulangkan ke keluarga mereka di kampung. (ren)