Kisah Haru Pengemis 'Dikandangkan' Jelang Tahun Baru
Kamis, 31 Desember 2015 - 10:39 WIB
Sumber :
- REUTERS
VIVA.co.id - Menutup Tahun 2015, Dinas Sosial (Dinas) Provinsi DKI Jakarta, Rabu malam, 30 Desember 2015, menggelar razia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di beberapa kawasan di DKI Jakarta.
Kegiatan tersebut, dipimpin langsung Kepala Dinsos Provinsi DKI Jakarta, Masrokhan, yang melibatkan ratusan orang petugas yang terdiri dari personel petugas Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Kepolisian Republik Indonesia, dan Tentara Nasional Indonesia.
"Jelang tahun baru, yang jadi tradisi adalah munculnya permasalahan PMKS, terutama PMKS di Jakarta yang semakin kompleks," katanya di gedung dinsos Provinsi DKI Jakarta.
Baca Juga :
Kegiatan tersebut, dipimpin langsung Kepala Dinsos Provinsi DKI Jakarta, Masrokhan, yang melibatkan ratusan orang petugas yang terdiri dari personel petugas Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Kepolisian Republik Indonesia, dan Tentara Nasional Indonesia.
"Jelang tahun baru, yang jadi tradisi adalah munculnya permasalahan PMKS, terutama PMKS di Jakarta yang semakin kompleks," katanya di gedung dinsos Provinsi DKI Jakarta.
Dari pantauan
VIVA.co.id
, meski baru sebentar menggelar razia PMKS malam itu, dia telah menangkap 10 orang PMKS yang kebanyakan adalah pengamen atau anak punk di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Kesepuluh orang tersebut, dibawa dengan menggunakan mobil dinsos berwarna biru tua ke gedung
dinsos Provinsi DKI Jakarta.
Saat tiba di gedung dinsos, semuanya tak langsung dikeluarkan. Mereka dibiarkan tetap berada di dalam terlebih dahulu.
"Keluarin kami, Pak. Woi, panas di sini, Pak," teriak para pengamen dan anak punk tersebut dari dalam mobil dinsos yang dilapisi teralis.
Tak lama mobil Dinsos pertama ini datang ke gedung Dinsos DKI Jakarta, beberapa ibu-ibu dan bapak-bapak silih berganti berdatangan dan berbicara dengan para pemuda yang ada di dalam mobil tersebut. Bahkan, salah seorang ibu ada yang terlihat menangis saat berbincang dengan anaknya.
"Anak saya ini bukan pengamen, bukan anak punk," kata ibu tersebut sambil menangis.
Tak lama setelah para ibu-ibu dan bapak-bapak tersebut bertemu mereka, suasana di dalam mobil itu kembali pecah. Kali ini, para pemuda di mobil tersebut yang sebelumnya hanya berteriak minta dikeluarkan dari mobil malah menggedor-gedor dinding mobil sambil berteriak.
"Woi, keluarin woi," teriak mereka lagi sambil menggedor dinding mobil.
Namun, karena tidak digubris, mereka kembali hening. Tapi, karena bosan atau kesal terus berada di dalam mobil tersebut, merekapun akhirnya kembali berulah.
Kali ini, mereka bukan berteriak dan menggedor dinding mobil. Melainkan, mereka malah bernyanyi dengan keras sambil memainkan ukulelenya di dalam mobil.
"Wakil rakyat, seharusnya merakyat," nyanyi mereka sambil berteriak.
Dari pantauan lebih lanjut, mereka terus bernyanyi setengah jam lamanya. Namun, karena lelah dan kepanasan, akhirnya mereka berhenti bernyanyi, dan kembali hening, sambil terus menunggu dibukakan pintu mobilnya oleh petugas. (asp)