Tangani Aksi Teror, Ini Kesulitan Polisi

Polisi menyisir lokasi ledakan bom Sarinah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Polda Metro Jaya menggelar simulasi terkait penanggulangan aksi teror di Lapangan Sabhara, Polda Metro Jaya, Jumat, 5 Februari 2016.

Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, hal yang paling sulit dalam penanganan aksi teror adalah perimeter atau proses sterilisasi masyarakat agar tidak mendekat ke tempat kejadian teror.

"Paling sulit itu perimeter. Menutup supaya agar jangan sampai masyarakat, wartawan, dan pejabat tak berkepentingan masuk ke dalam. Itu perlu diperbaiki," ujarnya di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 5 Februari 2016.

Untuk masalah lain seperti antisipasi aksi teror, menurut Tito, pihaknya akan melakukan deteksi dini hingga ke tingkat RT dan RW. "Dengan optimalkan peran tiga pilar. Lurah didukung RT dan RW, Babinsa (bintara pembina desa) didukung TNI AD. Babinkamtibmas (Bintara pembinaan dan keamanan ketertiban masyarakat) didukung oleh Kepolisian," kata Tito.

Langkah pro aktif mendata tiap-tiap kontrakan pun wajib dilakukan sebagai bentuk antisipasi. "Juga diaktifkan sistem wajib lapor dan siskamling," ujarnya menambahkan.

Untuk di ruang bisnis, mantan Kapolda Papua tersebut meminta manajer security lebih mengaktifkan dan membuat pengamanan masing-masing. Namun pengamanan itu tidak menimbulkan kepanikan dan mengganggu privasi warga.

Khusus di ruang publik, Tito minta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk merealisasikan program 6.000 closed circuit television (CCTV). "Juga dibuat pusat komando pengendalinya. Termasuk kami diberikan connect. Sehingga kami juga bisa mengakses 6.000 CCTV di Jakarta," ujarnya.

Dalam kasus bom di kawasan Thamrin, kata Tito, CCTV memberikan kontribusi luar biasa. "Gambaran menyeluruh bukan dari saksi, bukan dari anggota di sana. Gambaran menyeluruh ketika melihat CCTV (Gedung Jaya)," katanya.

Mengenai apakah masih adakah ancaman bom di Jakarta, Tito menuturkan, pihaknya tidak bisa menyebutkan potensi bom di Jakarta masih ada. "Tapi jaringan di Indonesia ini masih berkaitan dengan jaringan di luar. Termasuk jaringan ISIS. Intinya, selagi konflik ISIS Suriah masih ada, itu terorisme Indonesia kemungkinan masih ada."

(mus)