Aneh, Besi Bekas Bongkaran Kalijodo Diambil Anak Buah Ahok

Kawasan Kalijodo setelah ditertibkan. Premannya diduga bergeser ke wilayah sekitarnya.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Foe Peace

VIVA.co.id – Pembongkaran kawasan Kalijodo di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara ternyata masih banyak menyisakan masalah.

Salah satunya soal hak milik bahan bangunan, seperti besi dari bangunan warga yang dibongkar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Seorang warga Kalijodo, Jakarta Barat, yang dirahasiakan identitasnya mengungkapkan, warga pemilik bangunan dilarang petugas pembongkaran bangunan untuk mengambil besi bekas bangunan.

Bahkan, empat warga sempat ditangkap kepolisian dari Polsektro Tambora saat mengambil besi-besi dari reruntuhan rumah mereka yang sudah dibongkar petugas.

"Saya dan warga hanya mengambil besi milik kami di reruntuhan bangunan itu, tapi malah ditangkap," kata warga Kalijodo, Jakarta Barat itu kepada VIVA.co.id, Jumat, 4 Maret 2016.

Awalnya dia dan warga dibiarkan petugas masuk ke lokasi reruntuhan untuk mengambil besi dari bekas bangunan rumah mereka. Tapi, saat besi sudah terkumpul, tiba-tiba mereka ditangkap dan diamankan ke Polsektro Tambora.

"Ada Brimob tapi kami dibiarkan masuk, setelah besi terkumpul baru ditangkap, dibawa ke polsek dan disuruh tanda tangan surat pernyataan tidak akan masuk ke sana," ujarnya.

Anehnya, menurut sumber itu, perlakuan itu hanya berlaku bagi warga Kalijodo yang berada di wilayah Jakarta Barat saja. "Kok (warga) utara bisa ambil besi, barat enggak bisa, kami kecewa," ujar dia.

Besi dibawa mobil DPU DKI

Sumber itu mengatakan, setelah warga tak lagi berani masuk ke area pembongkaran, tiba-tiba seluruh besi bekas bangunan milik warga diangkut anak buah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang ditugaskan dalam penggusuran dengan menggunakan truk berwarna merah bertuliskan Dinas Tata Air DKI Jakarta.

"Sekarang seluruh besi sudah habis dibawa, kami tidak tahu besi itu dibawa kemana," katanya.

Warga mengakui, memang sengaja mengambil besi di bekas bangunan rumah mereka untuk dijual kembali agar mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan makan usai jadi korban penertiban Kalijodo.

"Buat nyambung hidup, tapi alasannya cuma puing dan sampah," katanya. (ase)