2016, Pencurian Kulit Kabel hingga Perampokan Pulomas
- VIVA.co.id/ Annisa Maulida
VIVA.co.id – Tindakan kriminalitas masih marak di Jakarta sepanjang tahun 2016. Pelaku juga masih menggunakan senjata api dan senjata tajam saat beraksi. Itu dilakukan untuk menakut-nakuti korban.
VIVA.co.id mendata beberapa kasus besar yang sempat menjadi perhatian masyarakat luas. Mulai dari aksi bandit jalanan hingga perampokan disertai pembunuhan.
Polda Metro Jaya merangkum, jumlah pencurian dengan kekerasan (perampokan) pada tahun 2016 mencapai 719 kejadian. Angka ini naik 12 persen dari tahun 2015 yang hanya 641 kejadian.
Sementara pencurian dengan pemberatan pada tahun 2015 mencapai 3.400 kejadian, sementara tahun 2016 hanya 3.178. Jumlah tersebut menyatakan kejahatan kasus ini turun enam persen.
Berikut beberapa kejadian perampokan yang sempat menggegerkan warga Ibu Kota sepanjang tahun 2016:
Perampokan Sadis Pulomas
Senin, 26 Desember 2016 sekitar pukul 15.00 WIB, empat kawanan perampok menyatroni rumah mewah milik pengusaha kaya raya, Dodi Triono. Saat komplotan Ramlan Butarbutar beraksi, ada 10 orang yang sedang berada di rumah tersebut.
Mereka langsung menyandera 10 orang yang terdiri dari anak, teman anak, pembantu dan sopir Dodi ke dalam kamar mandi berukuran 2x1 meter. Setelah Dodi tiba di rumah, kawanan pelaku juga ikut melumpuhkan korban, selanjutnya turut dimasukkan ke dalam tempat kecil itu.
Selama 18 jam Dodi dan 10 orang lainnya harus berbagi oksigen di dalam kamar mandi. Namun nahas, enam dari sebelas orang harus meregang nyawa karena kehabisan napas.
Enam orang tewas di antaranya, Dodi Triono (59), Diona Arika Andra (16), Dianita Gemma (9), Amel, yang merupakan teman anak korban, Yanto dan Tarsok, sopir korban.
Sedangkan lima orang lainnya yang masih hidup yakni, Zaneeta Kalila, Emi (asisten rumah tangga), Santi (asisten rumah tangga), Fitriani (asisten rumah tangga), dan Windy yang juga merupakan seorang asisten rumah tangga.
Kasus ini terungkap setelah salah teman anak korban mendatangi rumah Dodi untuk mengajak bermain. Namun saksi heran, lantaran tidak ada jawaban dari dalam rumah.
Saksi lalu mendengar suara minta tolong dari dalam rumah. Setelah dicari asal muasal suara tersebut, didapati jika sumbernya datang dari kamar mandi pembantu.
Saksi langsung melaporkan kejadian ini ke polisi untuk evakuasi korban. Polisi yang datang pun langsung membuka pintu kamar mandi dan kaget melihat isinya.
Bau pengap terasa ketika pintu dibuka. Korban selamat dibawa ke RS Kartika Pulomas, sementara korban tewas diletakan di ruang tengah untuk diidentifikasi. Beberapa jam setelah proses itu selesai, kemudian enam jasad dibawa ke RS Polri.
Tak membutuhkan waktu lama, dua hari pasca kejadian, komplotan Ramlan Butarbutar diringkus di Rawalumbu, Bekasi, Jawa Barat. Di lokasi itu, Ramlan dan Erwin Situmorang ditembak lantaran melawa polisi. Ramlan tewas sedangkan Erwin terkena tembakan di bagian kaki.
Tak jauh dari tempat itu, tepatnya di Villamas Indah blok C, Bekasi Utara, satu lagi komplotan Ramlan yang bernama Alfins Bernius Sinaga ditangkap. Kini, polisi masih memburu satu pelaku yang masih buron yakni Puis alias Ius Pane.
Penyanderaan di Pondok Indah
Kelompok perampok bersenjata mendatangi rumah mewah di kawasan Pondok Indah, tepatnya di komplek Jalan Bukit Hijau IX Nomor 17, Jakarta Selatan, 3 September 2016. Kejadian ini membuat geger warga Jakarta lantaran pelaku menyekap semua orang yang ada di dalam rumah.
Para pelaku diketahui mendatangi rumah korban sejak pukul 05.30 WIB. Kasus ini terungkap setelah pembantu rumah tangga berhasil meloloskan diri dan mengabarkan kepada tetangga dan kepolisian telah terjadi perampokan di rumah majikannya.
Delapan jam penyanderaan, dengan proses yang dramatis akhirnya polisi berhasil masuk ke rumah dan membebaskan tawanan yang berjumlah lima orang. Diketahui rumah mewah yang dirampok milik mantan Vice President PT ExxonMobil Asep Sulaiman.
Dua orang pelaku yang menyandera itu juga diringkus polisi. Dari pengakuan AJS, salah satu pelaku mengatakan, jika perampokan ini telah direncanakan sejak bulan Agustus 2016.
AJS mengumpulkan empat kawanannya di sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan untuk mematangkan aksi.
H-1 (satu hari sebelum kejadian) tersangka AJS mengumpulkan mereka berempat di salah satu hotel Jakarta Selatan melakukan meeting untuk perampokan ini.
Setelah ditangkap dan diperiksa polisi, terungkap jika dua pelaku merupakan mantan bawahan korban saat bekerja di ExxonMobil. Di perusahaan tersebut, AJS bekerja sebagai security dari perusahaan outsourcing.
Kepolisian telah memastikan, kejadian itu murni perampokan. Hal tersebut berdasarkan keterangan para pelaku.
Polisi menjerat pelaku dengan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan, Pasal 333 KUHP tentang penyekapan atau perampasan kemerdekaan dan undang-undang darurat tentang kepemilikan senjata api.
Curi Kulit Kabel
Peristwa kriminal selanjutnya tak kalah menghebohkan. Pada awal tahun 2016 atau tepatnya bulan Maret, banjir menimpa ruas Jalan Medan Merdeka Selatan atau tepatnya di Istana Negara.
Setelah diselidiki, rupanya banjir itu disebabkan adanya tumpukan bungkus kabel yang ada di dalam got Istana. Dinas Tata Air Pemerintah Provinsi DKI langsung berkoordinasi dengan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya soal adanya tumpukan sampah bungkus kabel di gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan yang menyumbat saluran air.
Tak butuh lama, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya akhirnya mengungkapkan fakta terkait tumpukan kulit kabel. Ternyata, itu merupakan sisa pencurian.
Selain tumpukan kabel, polisi yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) berupa penyusuran saluran juga menemukan sejumlah peralatan yang diduga digunakan untuk melancarkan pencurian. Di antaranya ada gergaji besi, senter, linggis, dan kantung-kantung bekas makanan.
Dalam hitungan hari, enam pelaku ditangkap, di antaranya STR alias BY (45), MRN alias N (34), SWY alias SM (45), AP alias UC (28), RHM alias GUN (43) dan AT alias TGL (48).
Mereka mempunyai peran berbeda-beda. Lima pelaku ada yang memotong dan mengupas kulit kabel, dan satu pelaku membantu di atas gorong-gorong dan menjual kabel.
Dari enam pelaku yang dibekuk petugas, dua di antaranya adalah narapidana di Rumah Tahanan Salemba, yaitu RHM alias GUN (43) dan AT alias TGL (48).