NU Dukung Metode Dakwah Gus Miftah di Kelab Malam

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas.
Sumber :
  • Nu.or.id

VIVA – Nahdlaltul Ulama mendukung Miftah Maulana Habiburrahman, alias Gus Miftah yang berceramah di sebuah kelab malam di Bali. Metode dakwahnya dengan menceramahi para pekerja dan pengunjung tempat hiburan malam itu justru positif saja.

Dakwah, menurut NU, adalah suatu aktivitas untuk mengajak manusia agar mengenal Tuhan, sehingga dapat membangun hubungan vertikal dengan benar dan baik. Dari hubungan vertikal yang benar dan baik itu, manusia diharapkan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan sesama manusia, sehingga tercipta sebuah masyarakat yang beradab.

"Itu berarti, jika manusia tidak mampu membangun hubungan yang harmonis dengan sesamanya, maka layak sekiranya ada yang mempertanyakan relasi ketuhanannya, apalagi hubungan yang tidak harmonis itu didasarkan alasan SARA (suku, agama, ras dan antargolongan)," kata Robikin Emhas, ketua Pengurus Besar NU, melalui keterangan tertulisnya kepada VIVA pada Kamis 13 September 2018.

Aktivitas dakwah, katanya, juga perlu memperhatikan kaidah dan etika, yakni dengan lemah lembut dan bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat, termasuk dakwah di lingkungan tempat hiburan malam.

Jika ada pihak yang melarang atau menganjurkan dakwah di tempat-tempat semacam itu, menurut Robikin, perlu dipertanyakan basis moral atau alasannya. "Bukankah dakwah adalah mengajak masyarakat bergerak mina al-dlulumati ila an-nur; dari kegelapan menuju pancaran sinar Tuhan?"

Pro-kontra

Ceramah Gus Miftah di sebuah kelab malam di Bali itu menuai pendapat pro dan kontra, setelah video rekaman ceramahnya beredar di Youtube. Jemaah Gus Miftah ialah pengunjung tempat hiburan malam itu dan rata-rata mereka, terutama kaum wanitanya, berpakaian terbuka.

Gus Miftah adalah pengasuh atau pemimpin Pesantren Ora Aji di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dia sudah delapan tahun berdakwah di kelab-kelab malam dan empat belas tahun berceramah di kompleks prostitusi terbesar di Yogyakarta, Pasar Kembang, alias Sarkem.

Seperti halnya macam-macam reaksi publik tentang metode dakwahnya, begitu juga dengan audiens Gus Miftah di kelab-kelab malam atau lokalisasi Sarkem. Sebagian menolak dan mencaci-makinya, namun sebagian yang lain malah berterima kasih, karena telah dibantu menemukan jalan untuk bertobat.