Lion Air Yang Jatuh Alami Kendala Teknis Saat Terbang dari Denpasar

Lion Air.
Sumber :
  • Dok. Lion Air

VIVA – Presiden Direktur Lion Air Grup, Edward Sirait, menyebutkan bahwa pesawat Lion Air dengan kode penerbangan JT 610 dan registrasi PK-LQP jenis Boeing 737 MAX 8 sempat mengalami kendala teknis.

Menurut Edward, pesawat generasi terbaru Boeing 737 yang pertama kali terbang pada 15 Agustus 2018, pernah mengalami kendala teknis saat terakhir terbang dari Denpasar menuju Cengkareng, Jakarta. Namun masalah teknis ini sudah dapat diatasi dan akhirnya dirilis untuk terbang.

"Pesawat terakhir terbang dari Denpasaar menuju Cengkareng dalam posisi dirilis untuk terbang. Memang ada laporan mengenai masalah teknis. Dan masalah teknis ini sudah dikerjakan sesuai prosedur," kata Eduward saat memberi keterangan, Senin, 29 Oktober 2018.

Tapi menurut dia, saat akan terbang, pesawat tujuan Pangkalpinang ini dinyatakan layak terbang. Tapi begitu, Eduward tidak mengetahui secara pasti apa masalah teknis yang dialami pesawat yang nahas ini. Karena itu, dia menyerahkan kepada pihak terkait untuk memastikan mengenai kondisi pesawat ini.

"Saya tidak tahu persis, biar pihak berwenang yang akan menggali apa yang terjadi. Tapi saya yakinkan dirilis terbang oleh engineer kami," katanya.

Boeing 737 MAX 8 adalah pesawat yang didesain efisien bahan bakar dan nyaman bagi penumpang, dengan suasana kabin yang lebih senyap. Bahan bakarnya juga diklaim lebih hemat 20 persen dibanding 737 Next Generation, di mana pesawat generasi ini salah satunya dipakai maskapai Garuda Indonesia, serta daya jelajah terbang 340-570 mil laut lebih jauh menjadi 3.500 mil laut (6.500 kilometer).

Sementara itu, dari segi aerodinamika, B737 MAX 8 mengusung desain winglet terbaru, yang dijuluki Scimitar Winglet. Ujung sayap B737 MAX 8 terlihat seperti dibelah menjadi dua, satu menjulur ke atas dan satu ke bawah.

Fungsi sayap winglet di ujung sayap ini, berguna untuk memecah turbulensi udara yang terjadi di ujung sayap, saat pesawat berjalan dalam kecepatan tinggi.

Turbulensi ini menghasilkan drag (daya hambat). Karena menghambat laju pesawat, maka mesin membutuhkan tenaga lebih, yang ujung-ujungnya drag ini membuat konsumsi bahan bakar boros.

Dengan winglet tambahan di ujung sayap, turbulensi udara di ujung sayap tadi bisa dipecah. Dalam uji aerodinamika, udara yang menggulung di ujung sayap terlihat menjadi lurus alirannya, meminimalisir drag.