Korban Luka akibat Gempa di Solok Selatan Bertambah Jadi 22 Orang

Satu di antara puluhan rumah warga rusak setelah gempabumi berkekuatan 5.6 skala richter mengguncang di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, pada Kamis pagi, 28 Februari 2019.
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Jumlah korban terluka akibat gempa bumi di Solok Selatan, Sumatera Barat, pada Kamis pagi, 28 Februari 2019, bertambah. Semula dilaporkan bahwa korban luka 11 orang tetapi kemudian bertambah menjadi 22 orang.

Bangunan-bangunan yang dilaporkan rusak akibat lindu berkekuatan 5,6 Skala Richter itu pun bertambah, dari semula 40 unit rumah rusak tetapi kini sudah 101 rumah. Rumah-rumah yang rusak paling banyak di Kecamatan Sangir Balai Janggo.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, Jhony Hasan Basri, menyatakan, aparatnya masih mengidentifikasi kemungkinan korban dan kerusakan lain. Tetapi dia mengklaim, semua korban luka sudah mendapatkan perawatan medis di posko yang didirikan oleh BPBD di Nagari Sungai Kunyit.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya merilis data bahwa pusat gempa itu terletak di koordinat 1,4 Lintang Selatan dan 101,53 Bujur Timur, atau tepatnya di darat pada jarak 36 kilometer arah timur laut Kota Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan, pada kedalaman 10 kilometer.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menyimpulkan, gempa itu berjenis gempa bumi tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang terjadi akibat aktivitas Zona Sesar Sumatera, tepatnya pada pertemuan segmen Suliti-Siulak.

Hasil analisis mekanisme sumber, kata Rahmat, menunjukkan gempa dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis sesar mendatar. Dampak gempa dirasakan di beberapa wilayah seperti di Solok Selatan, Padang, Painan, Padang Panjang, Payakumbuh, Limapuluh Kota, hingga Kepahyang. (art)