Barbuk Bowo Sidik untuk 'Serangan Fajar', Fahri Hamzah: Rakyat Marah

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah di kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 14 Februari 2019.
Sumber :
  • VIVA/Anwar Sadat

VIVA – Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menilai, kasus korupsi yang menjerat kader Golkar Bowo Sidik Pangarso membuat efek berantakan pada Jokowi. Sebab, ia menyebut ada rumor gambar calon tertentu dalam amplop yang menjadi barang bukti.

"Ini berantakan kan masyarakat sederhana saja mikirnya 'oh begini ternyata duit kita dipakai untuk money politik' rakyat langsung marah ngeliat begini kejadian," kata Fahri di gedung DPR, Jakarta, Jumat 29 Maret 2019.

Dia menilai, memang menjadi masalah bila tak ada transparansi. Hal ini terkait dengan tak dibukanya amplop yang ia sebut rumornya ada gambar calon tertentu dalam pemilu.

"Tapi, kan tadi malam rumornya kenapa amplop itu tidak dibuka. Amplop itu katanya ada nama calon tertentu, ada gambar calon tertentu. Itu jadi masalah pokoknya kalau enggak transparan akan repot," lanjut Fahri.

Fahri juga menyinggung permasalahan menteri BUMN Rini Soemarno yang kerjanya tak pernah diawasi DPR. Ia menilai, seharusnya Jokowi mengganti Rini saat pansus Pelindo II meminta hal tersebut. Tapi, Jokowi malah membiarkan menteri BUMN tidak datang ke DPR karena perintah dari paripurna.

"Saya terus terang ya ada kecemasan soal penggunaan BUMN. Sekarang ada 150-an BUMN. BUMN kita di periode ini terburuk pengawasannya. Karena Menteri BUMN sejak awal periode ini tidak dibolehkan datang ke DPR atas usulan pansus DPR Pelindo II waktu itu," kata Fahri.

Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak bersedia membuka seluruh kardus berisi sekitar 400 ribu amplop yang diduga berkaitan dengan operasi tangkap tangan anggota Komisi VI DPR, Bowo Sidik Pangarso. KPK punya alasan terkait hal ini.

Juru Bicara KPK, Febri Diansyah, berdalih pihaknya tak dapat membuka 84 kardus yang berisikan uang karena khawatir mengubah bentuk barang bukti. KPK juga mohon pengertian masyarakat atas prosedur hukum yang ada. (mus)