Women Crisis Center Sebut Andre Rosiade Eksploitasi Perempuan

Politikus Gerindra Andre Rosiade
Sumber :
  • Instagram Andre Rosiade, @andre_rosiade

VIVA – Pelaksana tugas Direktur Women Crisis Center atau WCC Nurani Perempuan Sumatera Barat, Rahmi Meri Yenti menegaskan, kalau wanita tunasusila berinisial NN (26) yang digrebek oleh Jajaran Subdit V Cyber Crime Ditreskrimsus bersama dengan Anggota DPR Komisi VI, Andre Rosiade pada Minggu 26 Januari 2020 di salah satu kamar hotel adalah korban eksploitasi politik dan pencitraan.

“Nah, itu kami lihat sebetulnya eksploitasi di sini. Kita lihat bahwa memang ada kepentingan politik di dalam kasus ini. Jadi, karena adanya keinginan terkait pencitraan. Dari keterangan NN sendiri bahwa tiba-tiba wartawan datang. Lalu, yang laki-laki ini (pengguna jasa) tidak tahu ke mana. Nah, kenapa sudah ada banyak wartawan, berarti ini sudah diatur skenarionya dari awal,” kata Rahmi di Padang, Sumbar, Rabu 5 Februari 2020.

Dalam hal ini, Nurani Perempuan, kata Rahmi, sangat menyayangkan atas hal yang sudah dilakukan oleh Andre Rosiade dengan sudah melakukan tindakan eksploitasi itu. Seharusnya, ketika memang ingin melakukan pencitraan, tidak berbuat seperti itu. Tetapi, melakukan hal yang betul-betul merupakan kerja nyata untuk masyarakat Sumatera Barat.

“Kalau menurut kami, kasus prostitusi online yang terjadi itu, di sini perempuan menjadi korban eksploitasi. Nurani Perempuan melihat, di sini yang hanya dijerat hukum itu, hanya si perempuannya sebagai penyedia jasa. Sedangkan pengguna jasa, tidak ada sampai hari ini dijerat hukum. Nah  kami melihat sepanjang ini, setiap kasus prostitusi online atau prostitusi yang lain, sering laki-laki pengguna jasa tidak pernah diekspose atau dijerat hukum,” ujar Rahmi.

Lanjut Rahmi, setelah melakukan pertemuan dengan NN, Nurani Perempuan melihat bahwa NN tidak hanya sedang berjuang menghadapi proses hukum, namun juga sedang berjuang mengatasi beban psikologis. NN disebut merasa tertekan, bahkan dilecehkan. Saat penggerebekan, foto dan videonya beredar dengan luas.

“Jadi, kalau memang ini akan terjadi penggerebekan langsung saja digerebek. Kenapa harus dipakai terlebih dahulu. Lalu kemudian, beberapa wartawan  tiba-tiba datang dan memvideokan, serta memfoto NN yang ketika dia tidak menggunakan pakaian. Itu saja dia sudah merasa dirinya sudah menjadi korban saat itu, karena dia sangat merasa tereksploitasi. Jadi, memang itu sangat menjadi tekanan psikologis bagi NN,” kata Rahmi.

Dijelaskan Rahmi, latar belakang NN sendiri terjerumus dalam praktik prostitusi online, lantaran ia memiliki konflik dalam rumah tangganya. Suami NN, selama ini tidak lagi membiayai kehidupannya.

Karena merasa ditelantarkan dan tidak memiliki keahlian yang cukup, maka dia lebih memilih untuk terlibat prostitusi. 

“Kalau terlibat prostitusi online pengakuannya baru tahun 2020 ini. Baru memakai aplikasi MiChat. Dia merasa, bahwa ikut prostitusi ini lebih mudah mendapatkan uang, karena dia harus membeli susu formula untuk anaknya. Dia harus bayar kontrakan rumah. Belum lagi, membayar cicilan utang perabotan rumah tangganya,” kata Rahmi lagi. (asp)