Uji Klinis Vaksin Corona 9 Bulan, Peneliti Eijkman Ungkap Alasannya

Ilustrasi tes swab Corona Covid-19
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA – Perusahaan farmasi dari Indonesia, Bio Farma bekerja sama dengan perusahaan asal China, Sinovac Ltd dalam mengembangkan vaksin corona atau Covid-19. Uji klinis vaksin ini bisa memakan waktu hingga 9 bulan.

Peneliti Senior Lembaga Bio Molekuler Eijkman Prof. David Muljono menjelaskan, lamanya uji klinis ini karena Indonesia memakai metode yang berbeda dengan pembuatan vaksin yang lain.

Dia menjelaskan, ada tiga metode dalam pengembangan vaksin. Pertama dengan menggunakan virus utuh, kedua dengan menggunakan sebagian dari potongan gen dan ketiga menggunakan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA).

David mengungkapkan, pembuatan vaksin dengan metode yang pertama yaitu dengan virus utuh yang dilemahkan memang lebih cepat. Tetapi vaksin itu juga lebih berisiko pada manusia.

"Tentang kecepatan, memang kalau diiambil dari virus utuh itu lebih cepat, karena kita enggak perlu memproses," kata Prof. David dalam dialog di acara Kabar Petang tvOne, Kamis, 11 Juni 2020.

Sedangkan metode kedua yang dipakai Bio Farma memang lebih lama prosesnya tetapi lebih sedikit risiko. Hal itu karena pengembangan melalui berbagai uji di laboratorium, uji kepada hewan dan juga uji klinis kepada manusia melalui tiga fase.

"Uji klinis itu ada fase 1, 2 dan 3. Dan itu yang memakan waktu ya kira-kira  sampai September atau enggak tahu kapan ya. Mungkin kalau Sinovac ini berjalan lancar ini bisa berhasil. Kalau menurut perhitungan kami," ujar David.

>