Sepinya Kuta Bali di Masa Pandemi COVID-19 Lewat Foto-foto

Restoran Sendok di Kuta yang tutup dengan jalan di sekitarnya sepi.
Sumber :
  • abc

Pulau Bali sudah kembali dibuka untuk wisatawan lokal mulai 31 Juli. Sambil menunggu apakah keadaan akan kembali normal, seorang fotografer asal Australia mengabadikan kehidupan di sana selama beberapa bulan terakhir.

Fotografer tersebut adalah Jon Gwyther yang sudah tinggal di Bali selama 20 tahun terakhir.

Foto-foto yang ia ambil di salah satu lokasi wisata terpopuler di Bali, yaitu Kuta, sudah disebarkan di media sosial lebih dari 1.000 kali.

Sebuah tempat penukaran uang di Kuta.

Supplied: Jon Gwyther

Di dalam kumpulan foto tersebut, terlihat beberapa daerah yang biasanya dibanjiri turis domestik atau mancanegara, kini menjadi sepi.

Suara klakson mobil, pedagang menawarkan dagangan mereka, dan pemandangan gang sempit yang biasa dipenuhi motor tidak lagi terlihat.

Australia merupakan salah satu penyumbang turis terbesar di Bali setiap tahunnya, dengan angka pengunjung sebanyak 1,3 juta orang di tahun 2019.

Setelah dibuka untuk turis dalam negeri Juli lalu, pihak berwenang provinsi tersebut berencana untuk membuka diri bagi turis mancanegara mulai tanggal 11 September.

"Tidak ada yang mengetahui apa yang akan datang selanjutnya"

Jon Gwyther mengatakan dia memang sengaja memilih Kuta sebagai objek bidikan kameranya.

"Seperti banyak orang lainnya, saya memiliki banyak pengalaman berada di sekitar jalan-jalan penuh warna ini; di mana ada hal-hal baik, buruk, dan biasa saja. Namun sayangnya, tidak ada yang tahu apa yang akan datang selanjutnya," tulisnya di media sosial.

Jalan bernama Poppy's Lane yang biasanya dipenuh dengan toko sovenir dan turis yang mencari barang-barang khas Bali.

Supplied: Jon Gwyther

Sama seperti banyak warga di Bali lainnya, Jon mengatakan harus menyesuaikan diri dengan "kenyataan yang pahit".

"Setiap melangkah, semakin berat perasaan saya, dan ketidaknyamanan mulai menyelimuti," tulisnya.

Jon bercerita tentang seorang pria di Kuta yang berkata kepadanya, "Saya tidak merasa COVID-19 akan membunuh saya, tapi saya mungkin saja mati kelaparan".

Seorang pria mengenakan masker sambil duduk di sepeda motornya di depan serangkaian toko yang menutup bisnisnya.

Supplied: Jon Gwyther

Walau demikian, sebagian warga Bali mulai merasa optimistis.

Ngurah Putu yang sebelumnya bekerja sebagai pengemudi dan juga pemandu wisata mengatakan kepada ABC bahwa jumlah pekerjaan yang tersedia di sana masih belum banyak.

"Turisme masih mati, khususnya di bidang transportasi. Namun selalu ada harapan dan saya berharap keadaan tidak akan menjadi lebih buruk lagi," katanya.

Sebuah toko yang sekarang akan dikontrakkan bagi yang ingin memulai usaha di Kuta.

Supplied: Jon Gwyther

"Semua orang kena dampaknya. Saya tidak bekerja selama beberapa bulan terakhir namun yang paling penting adalah punya cukup untuk makan, dan merasa bersyukur dengan apa yang saya punyai." katanya.

Seorang perempuan tersenyum di depan kiosnya di Kuta yang berhadap bisnis segera akan pulih lagi.

Supplied: Jon Gwyther

Bali sejauh ini melaporkan adanya 3.927 kasus dengan 49 kematian, sementara di Indonesia secara keseluruhan sudah ada 132.816 kasus dengan 5.968 kematian.

Namun dengan tingkat pengetesan yang merupakan salah satu yang paling rendah di dunia, banyak pakar mengatakan jumlah kasus sebenarnya di Indonesia, termasuk di Bali, lebih tinggi dari angka yang dikeluarkan pihak berwenang.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya.

Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini