Teringat Sandiaga, Dekranas Bilang Inovasi Penting saat Pandemi

Nur Asia Uno
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menyampaikan di masa sulit pandemi saat ini diperlukan kolaborasi, inovasi agar bisa bangkit. Kolaborasi diperlukan terutama di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Demikian disampaikan Ketua bidang Promosi dan Humas Dekranas, Nur Asia Uno saat pameran kain tenun hasil pemberdayaan dua komunitas di Desa Ternate Umapura, Alor dan Dairi, Sumatera Utara. Menurut dia, kolaborasi dan inovasi bisa dilakukan antara UMKM dengan pelaku ekonomi kreatif.  

Nur pun mengapresiasi pameran produk koleksi dari Merdi Sihombing ini yang bisa menggandeng komunitas perempuan. Ia teringat ucapan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno soal pentingnya kolaborasi, inovasi di tengah pandemi COVID-19.

“Seperti yang Bang Sandiaga Uno sampaikan bahwa dengan berkolaborasi, berinovasi dan bergandengan tangan kita dapat bangkit bersama dalam masa sulit ini," kata Nur Asia, dalam keterangannya, Kamis, 21 Oktober 2021.

Nur Asia Uno dan produk kain tenun asal Alor dan Sumut.

Photo :
  • Istimewa

Dia mengatakan dengan kolaborasi antara UMKM dan pelaku ekonomi kreatif nanti bisa saling berkaitan. Dengan pameran yang bisa memadukan kolaborasi itu bisa berdampak positif.

"Event yang mengkolaborasikan pelaku ekonomi kreatif dan UMKM dapat memberitahukan potensi UMKM kepada masyarakat umum," tutur Nur Asia. 

Sementara, Merdi Sihombing mengatakan koleksinya kali ini merupakan hasil community development di tiga tempat. Pertama, di Desa Ternate Umapura, Alor.

Dia menceritakan, pihaknya di Alor memanfaatkan tumbuhan endemis setempat dalam membuat inovasi produk kain tenun.

"Limbah dari biota laut untuk dijadikan pewarna alam,” kata Merdi.
  
Lalu, koleksi tenun lainnya berasal dari komunitas penenun di Dairi, Sumatera Utara. Tenun ini dapat pembinaan Dekranasda Dairi dan dukungan pendanaan dari Inalum. 

“Kali ini kami juga memamerkan produk luxury home living yang terbuat dari tumbuhan purun yang tumbuh di lahan gambut," jelas Merdi. 

Kemudian, ia menyampaikan selain bekerja dengan komunitas penganyam, pihaknya juga berhasil membangun jaringan pasok dengan bantuan dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove. Kemudian, hibah dari Norwegia di bawah UNOPS. 

“Kami melakukan penanaman purun sebanyak masing-masing 1 hektar di 5 desa. Selain itu dibangun pula rumah purun di Pulau Geronggang dan Pulau Asia baru. Para perajin juga kami perkenalkan teknik baru untuk membuat Purun dijadikan tambang," tuturnya.

Menurut dia, proses pembuatan purun menjadi lebih simple karena tak perlu dijemur. Ia bilang, purun bisa dibelah dan dianyam. Pun, saat dalam kondisi basah bisa dibelah untuk dijadikan tikar atau tas. 

“Kami memikirkan jangka panjang, agar para perajin purun -yang kini didominasi anak muda- mau terus berkarya. Untuk itu, pula kami menjalin kerjasama dengan UMKM-UMKM yang berada di Yogjakarta, Nias dan Batak," ujarnya.