20 Persen Warga RI Belum Divaksin, Rawan Penularan saat Mudik
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengingatkan potensi penyebaran virus pasca mudik lebaran di masa pandemi COVID-19. Menurutnya, dalam kondisi pandemi COVID-19 pascamudik di Indonesia, akan menyesuaikan dengan hukum biologi yang terkait dengan perluasan wabah suatu virus.
"Prinsip dari hukum dalam kaitan wabah, kalau ada pergerakan orang yang banyak dan interaksi tinggi, itu artinya potensi penularan suatu wabah menjadi membesar, itu hukumnya,” kata Dicky dalam Webinar “Revive Your Immune System In Ramadhan” yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Dicky menuturkan berdasarkan hukum biologi, adanya pergerakan yang dilakukan oleh banyak orang dibarengi dengan tingginya interaksi yang terjadi akan memperbesar potensi penularan suatu wabah seperti COVID-19.
Dengan demikian dibutuhkan sebuah langkah yang dapat mengantisipasi terjadinya perluasan wabah yang salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan imunitas melalui vaksinasi baik lewat dosis lengkap, atau penguat bagi pemudik.
"Pemerintah sudah benar ada kriteria orang yang bisa mudik dengan status imunitas atau booster atau menggunakan tes cepat antigen itu sebenarnya cukup. Itu akan mengurangi risiko penularan," kata Dicky.
Setidaknya langkah tersebut dapat menekan kasus positif dan melindungi masyarakat dari COVID-19. Sebab, masih ada sekelompok orang yang belum melakukan vaksinasi, terkena varian yang sulit dideteksi sehingga berpotensi membawa dan menularkan virus.
Di sisi lain, kata Dicky, pemerintah tidak mungkin dapat membuat kasus menjadi nol terutamanya dalam situasi wabah ataupun angka positivity rate yang masih di atas lima persen secara nasional.
"Ada data serologi survey yang menunjukkan lebih dari 80 persen penduduk kita sudah memiliki antibodi. Artinya kurang lebih 20 persen yang rawan. Itu sebabnya kenapa nanti bisa terjadi potensi lonjakan," ucap dia.
Dicky mengatakan apabila terdapat kemungkinan penularan COVID-19 setelah mudik akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan dua tahun terakhir.
Namun, dia tetap meminta baik pemudik ataupun pihak keluarga yang dikunjungi tetap melakukan booster agar imunitas terbentuk juga sebagai bentuk ikhtiar selama pandemi masih berlangsung termasuk disiplin menjalankan protokol kesehatan untuk memerangi segala macam varian COVID-19.
Dicky juga mengatakan dengan adanya hukum biologi, seharusnya seluruh manusia bersyukur karena dapat memiliki suatu cara guna terlindungi dari sebuah wabah penyakit.
"Virus ini taat pada hukum biologi dan kita dengan memahami pencegahan melalui protokol kesehatan, dia akan berkurang potensinya dan itu yang akhirnya akan mengurangi potensi lonjakan. Tapi secara umum, akan sulit untuk kita benar-benar katakan tidak ada peningkatan karena ada sekitar 20 persen penduduk yang belum memiliki imunitas," ujar dia.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut perkiraan sekitar 85 juta orang yang akan melakukan mudik lebaran tahun 2022. Perkiraan itu menyusul penetapan libur nasional hari raya lebaran pada 2-3 Mei 2022, sementara cuti bersama jatuh pada 29 April, 4, 5, dan 6 Mei 2022.
"Pemudik dari Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) diperkirakan sekitar 14 juta orang; yang menggunakan kendaraan pribadi diperkirakan sebanyak 47 persen," kata Presiden Jokowi.
Dia mengatakan Pemerintah akan bekerja keras memberikan pelayanan maksimal agar para pemudik dapat melakukan perjalanan pulang kampung dengan aman dan nyaman. "Cuti bersama ini dapat digunakan untuk bersilaturahmi dengan orang tua, dengan keluarga, dan handai taulan di kampung halaman," tambahnya.
Namun, Presiden Jokowi menegaskan bahwa pandemi COVID-19 belum sepenuhnya selesai.
"Kita harus selalu waspada, bersegeralah melengkapi dengan vaksin booster, harus tetap menjalankan protokol kesehatan secara disiplin, dan harus selalu bermasker di tempat umum atau dalam kerumunan," ungkap Presiden.