Tragedi Ruyati, Presiden 'Diakali' Anak Buah?

Yenny Wahid
Sumber :
  • www.wahidinstitute.org

VIVAnews - Direktur Wahid Institute Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid menyatakan prihatin dengan cara pejabat pemerintah di Indonesia menyenangkan pemimpinnya.

"Saya prihatin. Saya melihat bahwa presiden hanya diakali anak buahnya. Sebab, hanya diberikan laporan yang bagus-bagus saja," ujar Yenny, Senin malam.

Dalam pidato di konferensi ILO beberapa waktu lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Indonesia sudah meratifikasi delapan konvensi internasional mengenai buruh, perlindungan tenaga kerja, dan lain sebagainya.

Selain itu, Presiden SBY juga mengatakan sudah memiliki mekanisme dan regulasi untuk mengatasi berbagai macam masalah yang menimpa tenaga kerja.

Namun, lanjut Yenny, munculnya kasus Ruyati seakan menghentak dan melunturkan perasaan gembira atas semua yang disampaikan Presiden SBY  dalam pidato di konferensi ILO tersebut.

"Belum ada seminggu, sudah ada perkara seperti (kasus Ruyati) ini," kata Yenny.

Artinya, Yenny menuturkan, Presiden diakali anak buahnya, dikasih laporan-laporan yang bagus-bagus saja, serta kelihatannya menyenangkan dan baik semua, alias persoalan sudah diatasi.

"Tetapi di balik itu semua, ada fakta bahwa anak negeri kita sendiri nasibnya di luar negeri terancam," ujarnya.

Ruyati tewas dipancung Sabtu 18 Juni 2011. Namun informasi itu baru didapat pemerintah Minggu 19 Juni 2011 pagi.

Ruyati pertama kali menjadi TKI sekitar tahun 1999. Pada keberangkatan pertama itu, nenek dengan tujuh orang cucu dari tiga anak ini sempat bekerja di Madinah, Arab Saudi, selama lima tahun.

Setelah pulang, dia kembali mengadu nasib ke Arab Saudi dan bekerja selama enam tahun. Terakhir, dia bekerja di negeri kaya minyak tersebut selama satu tahun empat bulan, sebelum pedang algojo memisahkan kepala dari tubuhnya. Ruyati dipancung karena membunuh majikannya. (umi)