Tiga Gunung Diusulkan Jadi Cagar Budaya

Gunung Sadahurip, Kabupaten Garut.
Sumber :
  • VIVAnews/ Ahmad Rizaluddin

VIVAnews - Tim studi bencana katastropika purba yang diinisiasi tim Staf Khusus Presiden dan tim ahli gempa, tsunami, dan ahli geologi mengusulkan agar tiga gunung yang  lokasi yang menjadi obyek riset bisa menjadi cagar budaya.

Ketiga gunung yang terletak di Jawa Barat itu adalah Kaledong, Putri, dan Haruman.

Menurut Wisnu Agung Prasetya, dalam rilis yang diterima VIVAnews.com, Sabtu 30 Juli 2011, salah satu anggota tim, usulan itu setelah melalui metoda ilmu kebumian, meneliti sumber- sumber bencana alam dan melacak informasi dari masa lalu yang berkaitan dengan kejadian bencana alam katastropik. Sehingga terdapat temuan yang mengindikasikan ketiga gunung layak dijadikan cagar budaya.

Sekadar diketahui, di masyarakat Gunung Haruman, Garut, erat dengan legenda seorang putri raja. Nama gunung berasal dari harum wewangian yang keluar dari badan sang putri yang sedang mandi.  Yaitu Putri Rambut Kasih penguasa daerah Limbangan.

Awalnya Putri rambut kasih ditemukan oleh Aki Panyumpit, pembantu Prabu Layaran Wangi (Prabu Siliwangi) dari  kerajaan Pakuan Raharja. "Setiap hari Aki Panyumpit diberi tugas berburu binatang  dengan menggunakan alat sumpit (panah) dan busur," demikian Wisnu mengisahkan

Pada suatu hari, Aki Panyumpit pergi berburu ke arah Timur. Sampai tengah hari ia belum memperoleh hasil buruannya, padahal telah banyak bukit dan gunung didaki. Sesampainya di puncak gunung, Aki mencium  wewangian dan melihat sesuatu yang bersinar di sebelah Utara pinggir sungai Cipancar.

Ternyata harum wewangian dan sinar itu keluar dari  badan seorang putri yang sedang mandi. Dia mengaku sebagai putri Sunan Rumenggong, yaitu Putri Rambut Kasih penguasa daerah Limbangan.

Lantas, pertemuan dengan Nyi Putri dari Limbangan dikisahkan Aki
Panyumpit kepada Prabu Layaran Wangi. "Berdasarkan peristiwa itu, Prabu  Layaran Wangi menamai gunung itu Gunung Haruman (haruman = wangi)," terangnya.

Kemudian Prabu Layaran Wangi memperistri putri dari Limbangan. Ia  mengirimkan Gajah Manggala dan Arya Gajah (keduanya pembesar Pakuan  Raharja). Aki Panyumpit serta sejumlah pengiring bersenjata lengkap datang untuk meminang  putri tersebut. "Awalnya menolak, tetapi setelah
dinasehati Sunan Rumenggong, ayahnya,  akhirnya menerima lamaran itu," tambahnya.

Dari pernikahan itu, Nyi Putri melahirkan dua orang putra yaitu Basudewa dan Liman Senjaya. Kedua anak itu dibawa ke Limbangan oleh kakeknya dan dijadikan kepala daerah di sana. Basudewa menjadi penguasa  Limbangan dengan gelar Prabu Basudewa dan Liman Senjaya penguasa daerah Dayeuh Luhur di sebelah Selatan dengan gelar Preabu Liman Senjaya.

Setelah beristri, Prabu Liman Senjaya membuat babakan pidayeuheun (kota) yang kemudian dibangun menjadi sebuah negara dengan nama
Dayeuh Manggung. Negara baru itu bisa berkembang  sehingga dikenal baik oleh tetangga-tetangganya, seperti Sangiang Mayok,  Tibanganten, Mandalaputang.

Dayeuh Manggung terkenal karena keahlian dalam membuat tenunan. Rajanya yang lain yang termashur adalah Sunan  Ranggalawe. (umi)