Polisi Endus Indikasi Penipuan dalam Kasus Umrah Gratis

Suasana bukit Safa saat ini. Dahulu berdiri rumah Al-Arqam yang menjadi pusat dakwah Islam Nabi Muhammad SAW.
Sumber :
  • VIVAnews/Umi Kalsum
VIVA.co.id - Aparat Kepolisian Resor Kota (Polresta) Batu mengendus indikasi penipuan dalam kasus rombongan umrah gratis yang menggegerkan Malang sepanjang pekan ini. Kepala Polresta, Ajun Komisaris Besar Polisi Widiyanto Pratomo, menduga jamaah umroh gratis pimpinan Agus Santoso merupakan penipuan.

Polisi menyelidiki dan mengumpulkan data dan saksi tentang adanya penipuan di balik program umrah gratis yang tak jelas hingga kini. "Indikasinya penipuan. Kita pantau terus," katanya di Batu, Kamis, 19 Maret 2015.

Keterangan yang dikumpulkan penyidik polisi menjelaskan mereka terus berpindah-pindah. Mereka telah meninggalkan vila Kalendra dan berpindah ke Surabaya. Awalnya, Agus mengaku melaksanakan kegiatan sosial umrah gratis yang didanai pengusaha perkebunan sawit, Muhammad Eddy alias Antonius Salim.

“Mereka mulai meninggalkan lokasi naik bus ke Terminal Arjosari Malang. Modus penipuan, rekrutmen karyawan," katanya. Tak ada kaitan umroh gratis itu dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun jamaah umrah gratis adalah korban penipuan.

Kondisi vila itu sudah kosong sejak Kamis siang. Pengelola Vila, Kartono, mengaku rombongan Agus berangsur-angsur meninggalkan vila sejak Kamis pagi. "Awalnya mereka ingin tinggal di sini sampai besok. Tapi karena ada aparat mereka memutuskan keluar hari ini. Ada yang naik mobil sendiri, ada yang diantarkan panitia. Saya tidak tahu mereka akan diantar sampai mana," kata Kartono.

Dia menjelaskan, selama dua malam di Vila Kalendra sejak 17 Maret, tak ada aktivitas mencurigakan dari Agus Santoso atau pun rombongannya. “Mereka mengaku ada yang pensiunan guru sampai jenderal di rombongan itu," katanya.

Ribuan korban

Seorang karyawan sekaligus perekrut rombongan umrah gratis, Pangestuningsih, warga Surabaya, berencana melaporkan indikasi penipuan itu. Diperkirakan total korban Agus Santoso mencapai 15 ribu orang. Mereka tersebar di sejumlah tempat dan direkrut selama satu tahun terakhir.

Sedangkan Ningsih merekrut sebanyak 177 orang terdiri dari warga Tulangbawang 36 orang, Mesuji 53 orang, Temanggung 71 orang, dan Makassar 17 orang. "Mereka daftar sejak Februari 2015. Jadwal umrah selalu mundur," katanya.

Ningsih mengetahui umrah gratis melalui Joko Karisman, warga Bogor asal Kediri. Setiap jemaah diminta menyetor uang Rp150 ribu. Uang itu sebagai biaya administrasi sedangkan mengurus paspor dan pemeriksaan kesehatan ditanggung manajemen di bawah bendera PT Citralia Carla Setiapsari. Direktur PT Citralia, Hartono, dan wakilnya, Sobari, yang ditugaskan pasangan suami-istri, Agus Santoso dan Lia, mengurusi umroh.

Selain itu, juga dibantu Saodah yang mengaku bekas duta besar yang mengurusi umroh dan seorang pensiunan tentara, Brigadir Jenderal Sonny, yang mengurusi wisata rohani ke Vatikan dan India. "Umat Hindu dan Buddha ke India, sedangkan Kristen dan Katolik ke Vatikan," kata Ningsih.

Ningsih yang aktif dalam organisasi Gerakan Muda Perintis Kemerdekaan itu menggerakkan teman-temannya mengikuti umrah. Setiap peserta umrah diminta membayar Rp1,5 juta. Uang itu rinciannya Rp500 ribu digunakan untuk jasa koordinator Rp150 ribu untuk administrasi. Selebihnya digunakan untuk transportasi dan akomodasi selama di Surabaya dan Malang. Meliputi menyewa bus, makan dan hotel.

![vivamore="Baca Juga :"]




[/vivamore]