Teroris dari India Dibekuk Interpol di Bali

Ilustrasi penjara
Sumber :
  • http://www.talkmen.com
VIVA.co.id - Rajendra Nikalje alias Chhota Rajan alias Kumar Mohan (56), buronan interpol yang ditangkap kepolisian Bali ternyata terlibat aksi terorisme di Negerinya.

Kumar Mohan merupakan buronan paling dicari 20 tahun terakhir oleh Pemerintah India. Informasi yang dihimpun, Kumar Mohan terlibat lebih dari 25 kasus pembunuhan maupun terorisme di seantero Negeri Sungai Gangga.

Kepala Bidang Humas Polda Bali, Komisaris Besar Hery Wiyanto mengaku tak tahu jika Kumar Mohan terlibat aksi terorisme. "Kita tidak tahu kalau dia terlibat dalam sejumlah aksi pengeboman di India karena kita memang tidak melakukan interogasi dan dia juga tidak mau diinterogasi," kata Hery kepada
VIVA.co.id,
Rabu 28 Oktober 2015.


Kepolisian Bali, ia melanjutkan, hanya meneruskan melakukan penangkapan saja berdasarkan red notice dari Interpol. Hery menuturkan jika dalam
red notice
yang diterbitkan itu Kumar Mohan memiliki banyak nama alias. Yang jadi patokan kepolisian adalah nomor paspor pelaku.


"Memang antara nama yang diterbitkan di pemberitahuan interpol dengan paspor itu berbeda. Tetapi nomor paspornya tepat. Di
notice
Interpol juga ada beberapa nama alias dia," ujar dia.


Menurut dia, usai melakukan penangkapan Divisi Hubungan Internasional Polda Bali langsung melakukan koordinasi dengan Konjen India dan Interpol. "Dari informasi Hubinter sudah dipastikan dia orang yang dicari," ucapnya.


Sementara untuk deportasi, Hery mengaku masih menunggu keputusan dari Interpol dan Konjen India. "Untuk deportasi kita masih melakukan koordinasi dengan Konjen India dan Interpol. Kita menunggu permintaan mereka saja," ujar Hery.


Kumar Mohan merupakan penjahat yang memulai karirnya dari bawah. Awalnya dia terlibat kejahatan kelas teri seperti pencurian. Lambat laun, Kumar Mohan bergabung dengan geng pimpinan Bada Rajan, salah satu mafia paling ditakuti di India pada 1980-an.


Setelah kematian Bada, Kumar Mohan yang kemudian menggantikan tahta kepemimpinannya. Dia memulai aksinya pada 1993 dengan menyuruh pembantunya Dawood Ibrahim melakukan pemboman paling mematikan di India. Insiden itu menewaskan sedikitnya 250 orang dan melukai lebih dari 700 orang di Mumbai.


Usai insiden itu, pria yang karib disapa Chotta itu bersama Dawood kemudian pecah kongsi. Dawood juga menginginkan kekuasaan layaknya Chhota. Lantaran adanya perpecahan di antara keduanya, Dawood menyewa seorang penembak jitu mengejar Chhota. Tahu jika ia menjadi target pembunuhan, Chhota melarikan diri ke Bangkok dan Newcastle, Australia.