Ini Alasan Teroris Berkembang di Depok

Sumber :
  • Zahrul Darmawan/VIVA.co.id

VIVA.co.id - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan, daerah Depok, Jawa Barat masih menjadi salah satu kota rawan pergerakan teroris. Ada beberapa faktor penyebabnya, salah satunya karena kota ini sempat menjadi basis utama Negara Islam Indonesia (NII).

"Depok salah satu potensi yang sangat rawan karena dalam sejarahnya di sini sempat berkembang aliran atau paham NII. Bisa dibilang tempat bersemainya teroris. Ya itu tadi, karena disebabkan basis NII pernah ada di sini, itu ada kaitannya dengan kampus-kampus," kata peneliti ahli BNPT, Sidra Tahta Mukhtar di Mapolresta Depok, Rabu, 20 Januari 2016.

Pernyataan Sidra, diperkuat dengan adanya temuan senjata api dan amunisi milik teroris di salah satu kampus terkenal di Indonesia yang berada di wilayah Depok.

"Potensi teror yang lebih besar ada, karena adanya beberapa terdakwa pelaku teror yang bakal keluar tahun ini cukup banyak," terangnya.

Sidra mengatakan, saat ini harus lebih dikedepankan pencegahan, dan terkait standar opersional prosedur (SOP) pengamanan objek vital yang maksimal. Untuk itu tidak bisa hanya mengandalkan Polri, tapi diperlukan kerja sama semua pihak. Apalagi, belum adanya aturan hukum yang secara spesifik mengatur mengenai ISIS.

"Pengamanan lingkungan objek pemerintahan dan pusat keramaian. Memaksimalkan koordinasi. Kendalanya payung hukum Undang-Undang anti teroris ini sudah kadaluarsa. Negara dihadapkan kendala seperti itu, Undang-undang yang ada perlu direvisi," jelasnya saat didampingi Kasat Reskrim Polresta Depok, Komisaris Teguh Nugroho.

"Dan yang terpenting, harus membangun kemitraan, agar teroris tidak selalu berhasil melakukan teror. Sifatnya pelaku teror ini bukan jumlah korban tapi efek ketakutannya." terangnya

Zona Teroris di Depok

Sebagai salah satu kota yang sempat dijadikan lokasi persembunyian pelaku teroris, polisi menaruh atensi penuh terhadap Kota Depok. Berbagai cara pun gencar dilakukan aparat keamanan untuk menekan ruang gerak pelaku.

Kapolresta Depok, Komisaris Besar Dwiyono mengatakan, saat ini pelaku teroris memiliki sistem atau modus baru sebelum melancarkan aksinya. Yakni, dengan bersembunyi di kos-kosan atau kontrakan menggunakan identitas orang lain.

"Jadi mereka yang memiliki pendukung atau simpatisan yang belum terdeteksi petugas inilah yang digunakan sebagai penyewa kosan atau kontrakan. Nah, nanti yang tinggal si pelakunya (teroris). Mereka tidak bisa memberikan jaminan identitas karena tahu sedang dicari petugas," kata Dwiyono saat memberi pengarahan pada jajarannya di Mapolresta Depok.

Untuk itu, ia pun berharap, agar jajarannya yang berada di lingkungan Bhayangkara Pembina Keamanan Ketertiban Masyarakat menjadi ujung tombak ditengah masyarakat agar melakukan deteksi sedini mungkin.

"Lakukan dari pintu ke pintu.  Ingat pengakuan dari pelaku teror tadi, kenapa dia (pelaku teroris) pindah-pindah karena keaktivan petugas. Kalau kita enggak aktif mereka akan nyaman di Depok. Kalau mereka sempat beraksi di tempat kita, maka hancur sudah. Ini untuk mempersempit ruang gerak pelaku teror," tegas Dwiyono.

Lebih lanjut Dwiyono mengaku, sudah melakukan pemetaan terhadap lokasi ataupun titik rawan yang berpotensi dijadikan lokasi persembunyian teroris.

"Memang ada beberapa tempat yang perlu diwaspadai, terutama di tempat-tempat yang banyak kosan dan kontrakan yang ada di pinggiran Kota Depok yang seringkali luput dari pantauan. Ini yang kami atensikan juga," ujar Dwiyono.

Sementara untuk masyarakat yang bisa memberikan informasi penting terkait keberadaaan pelaku teror, Dwiyono pun berjanji akan memberikan reward khusus.

"Jika ada info tentang teroris dan itu benar, akan dapat reward. Datangi satu per satu. Datangi kenali mereka. Karena ini tugas pokok," tuturnya.