Mitos Gerhana Matahari Total di Berbagai Negara

Gerhana matahari total
Sumber :
  • www.lapan.go.id/Odd Høydalsvik

VIVA.co.id – Masyarakat di berbagai belahan dunia akan mendapatkan fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) tepat pada 9 Maret 2016 nanti. Fenomena GMT yang tidak  terjadi setahun sekali ini bahkan memiliki mitos tersendiri di kalangan masyarakat berbagai belahan dunia.

Dalam sebuah diskusi bertema 'Menyambut Gerhana Matahati Total 2016' di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang, baru-baru ini sejumlah pakar Astronomi Islam menyebut bahwa fenomena alam luar biasa di mana peristiwa ketika bulan menutupi matahari, baik penuh (total) maupun sebagian ini menjadi mitos di mana masyarakat tersebut tinggal.

Ketua Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin, menyebut, setidaknya ada lima mitos yang selama ini populer dan percaya oleh sejumlah negara, khususnya di kawasan Asia. Seperti Indonesia, China, Jepang, Vietnam dan Korea.

Berikut mitos gerhana di negara-negara tersebut.

Bagi orang Indonesia, khususnya suku Jawa, gerhana matahari atau bulan dipercaya merupakan fenomena bahwa keduanya dilahap atau dimakan oleh Batara (raksasa). Maka bagi sebagian masyarakat mempercayai bahwa orang-orang memukul lesung untuk menakut-nakuti raksasa tersebut.

"Oleh karenanya saat terjadi fenomena gerhana matahari atau bulan ini, bagi masyarakat Jawa kerap dilakukan budaya pukul lesung (alat tradisional dalam pengolahan padi atau gabah menjadi beras),” kata Izzuddin.

Bagi orang China atau Thiongkok, fenomena gerhana dianggap karena adanya naga langit yang membanjiri langit dengan darah. Saat kejadian gerhana, sang naga yang membanjiri darah dengan menelan matahari atau bulan. Maka dari itu, masyarakat China ada yang mempercayai untuk menakut-nakuti naga langit itu dengan membunyikan petasan saat gerhana tiba.

Di Jepang, masyarakat percaya bahwa ketika gerhana muncul, dipercaya adanya racun yang disebarkan ke Bumi. Maka sebagian masyarakat mempercayai bahwa untuk menghindari air agar tak terkontaminasi racun, mereka menutup sumur-sumur mereka saat gerhana tiba.

Berbeda dengan negara Vietnam dan Korea. Fenomena gerhana dikaitkan dengan munculnya sejumlah binatang tertentu yang turut andil saat kejadian gerhana. Orang Vietnam menganggap gerhana sebagai bukti bahwa matahari atau bulan dimakan oleh kodok raksasa. Sedangkan di Korea, gerhana dipercaya terjadi akibat matahari/bulan diserang oleh anjing-anjing raksasa. Entah bagaimana masyarakat mengaitkan hal tersebut, namun mitos ini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat di kedua negara tersebut.

Selain mitos yang dipercaya oleh masyarakat berbagai negara itu, ada satu legenda agama Hindu yang menganggap fenomena gerhana sebagai cerita tentang adanya sosok raksasa yang disebut Kala Rahu.

Saat fenomena alama ini terjadi, tokoh Rahu disebut hendak ingin mencicipi obat keabadian. Matahari dan bulan melapor Dewa Wisnu, sehingga Rahu dipenggal kepalanya oleh Wisnu saat meminum obat tersebut. Lalu kepala Rahu ini pun abadi dan terus mengejar matahari dan bulan. Terkadang Rahu dapat memakannya sesaat, namun karena Rahu sudah tak bertubuh (akibat dipenggal kepalanya), bulan dan matahari selalu dapat lolos kembali.

Banyak mitos atau kepercayaan terkait  gerhana ini, kemungkinan muncul karena zaman dulu teknologi tidak secanggih saat ini. Sehingga fenomena alam ini dianggap suatu yang di luar dugaan. Namun semakin pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), peristiwa gerhana sudah bisa diramalkan kemunculannya dan tidak perlu ditakuti.

"Oleh karena itu, fenomena gerhana hendaknya menjadi satu kejadian yang patut kita syukuri dan menjadi berkah tersendiri. Khususnya bagi umat muslim, GMT tahun 2016 jangan sampai dijadikan sebagai isu dan mitos yang tidak baik. Karena ini semata wujud kebesaran Allah,” kata Ahmad Izzuddin yang juga Dosen Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang itu.

Ketua Umum Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia, AR Sugeng Riyadi, menjelaskan, GMT yang terjadi pada Rabu, 9 Maret 2016, merupakan gerhana pertama dalam seri gerhana di tahun 2016.

"Pada tahun ini akan terjadi lima gerhana dengan komposisi tiga gerhana bulan penumbral dan dua gerhana matahari yang terdiri atas gerhana total dan cincin, " jelas Sugeng.

Di luar Indonesia, GMT 2016 ini akan dapat dinikmati oleh beberapa negara. Di antaranya di negara Rusia, Asia Tenggara, sebagian Asia Selatan, sebagian Australia, Asia Timur, Papua New Guinea, Mikronesia, Samudera Pasifik dan beberapa area di negara bagian Amerika Serikat.

"Dari seluruh negara yang dilewati GMT itu, Indonesia merupakan negara yang paling beruntung karena menjadi satu-satunya negara yang dilewati jalur gerhana matahari total," katanya. (one)