'Anda Tidak Pernah Tanyakan Berapa Korban Akibat Teroris'

Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat, Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Kepolisian Republik Indonesia meminta seluruh pihak untuk bijak menyikapi aksi Polri dalam menindak pelaku terorisme.

Diakui memang ada beberapa yang akhirnya meninggal di tangan polisi atas perbuatan mereka melakukan aksi terorisme.

"Kemarin, ada yang menanyakan 100 korban. Dari golongan teroris, (tapi) itu terjadi karena baku tembak dan lain-lain," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Pol Anton Charliyan, Kamis 7 April 2016.

Jumlah itu, menurut Anton, masih belum sebanding dengan korban yang ditimbulkan akibat ulah dari kelompok teroris di Indonesia.

"Anda tidak pernah menanyakan total (korban) di Indonesia yang kehilangan (nyawa) akibat korban bom dari tahun 2000. Untuk bom Bali pertama itu ada 406 jiwa, empat kali lipat korban  teroris yang meninggal dunia. Tidak pernah Anda tanyakan ke keluarganya," katanya.

Tak cuma itu, jumlah itu belum mencakup korban luka akibat aksi teror sebanyak 1.302 orang, dan 309 bangunan yang rusak akibat ulah teroris yang ada di Tanah Air.

"Itu belum termasuk korban dari kepolisian atau pun TNI. Ini tidak Anda tanyakan, yang ditanyakan dari pelaku teroris," katanya.

Belum lama ini, tindakan polri lewat Densus 88 Antiteror kembali disorot atas tewasnya seorang terduga teroris bernama Siyono (33 tahun) asal Klaten, Jawa Tengah.

Polisi mengklaim kematian Siyono akibat melawan petugas saat diamankan di dalam mobil. Siyono pun dikembalikan ke keluarga tanpa proses autopsi.

Kini, istri Siyono menuntut keadilan atas kematian suaminya tersebut. Beberapa pihak pun mengaitkan dengan aksi arogansi Densus 88 Antiteror yang kerap menimbulkan korban jiwa.