Anak Buah Santoso Senang 'Banjir' Makanan Sejak Ditangkap

Basri alias Bagong anggota kelompok bersenjata Santoso Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ketika di ruangan pemeriksaan kesehatan di RS. Bhayangkara, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (14/9/2016)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar

VIVA.co.id – Setelah ditangkap aparat Satuan Tugas Operasi Tinombala, Basri alias Bagong mengaku diperlakukan sangat manusiawi. Tangan kanan mendiang gembong teroris Santoso itu bahkan mengaku mendapat banyak tawaran makanan dari aparat yang menjenguknya di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah.

Tawaran itu langsung direspons orang kepercayaan Santoso alias Abu Wardah itu, mengingat selama di hutan Basri sangat kekurangan makanan. Namun, Basri tidak bisa memenuhi semua tawaran makanan tersebut.

"Pokoknya, (makanan itu) tinggal ditolak-tolak lagi. Selama di sini diperlakukan baik sekali. Happy...," kata Basri kepada wartawan di Mapolda Sulteng, Jumat 16 September 2016. 

Memang, Basri terlihat diperlakukan tidak terlalu spesial oleh aparat Satgas Tinombala. Pengamanan terhadap Basri juga tidak terlalu ketat layaknya teroris yang paling dicari di Indonesia. Basri bahkan sangat menikmati bersama wartawan serta masih mau melayani foto bersama wartawan.

Basri juga memperlihatkan beberapa anggota tubuhnya termasuk jari-jarinya yang mulus tanpa ada bekas kekerasan pertanda dia diperlakukan sangat baik.

Kepala Satuan Tugas III Operasi Tinombala 2016, Komisaris Besar Helmy Kwarta Kusuma mengatakan, jajarannya sengaja memberikan ruang bagi media untuk melihat dari dekat kondisi Basri agar masyarakat melihat tangan kanan Santoso itu diperlakukan baik oleh aparat.

"Kita sudah membuka akses supaya kalian membuktikan sendiri bahwa isu dia itu diperlakukan tidak wajar, kuku dicabut, dan sebagainya. Kalian sudah buktikan bahwa dia diperlakukan sangat manusiawi," kata Helmy Kwarta kepada wartawan.

Basri ditangkap aparat di perkebunan warga, Rabu pagi 14 September 2016 saat akan menyeberangi sungai. Selain Basri, aparat Satgas Operasi Tinombala juga menangkap istri Basri, Nurmi Usman alias Oma saat terjebak di aliran sungai.

Kepala Humas Polda Sulteng AKBP Hari Suprapto mengatakan, penangkapan Basri bermula saat penemuan jenazah salah seorang anggota Santoso bernama Andika yang hanyut di Sungai Puna. Tidak jauh dari lokasi penemuan jenazah, aparat memergoki Basri beserta istrinya, dan seorang rekan bernama Sobron tengah terjebak di sungai dekat perkebunan.

Basri ditangkap saat akan memasuki perkampungan di Dusun Ganti Nadi Kecamatan Poso Pesisir Selatan, tepatnya di perkebunan kakao milik warga. Saat itu, Basri bermaksud untuk menyeberangi Sungai Puna, bersama istrinya Nurmi Usman alias Oma dan seorang rekannya bernama Sobron.

(ren)