Pendampingan Suku Adat, 20 Orang Diterjunkan di Empat Pulau

Seorang warga menunjukkan rumah adat Lobo di lokasi objek wisata budaya di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (22/3/2017).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

VIVA.co.id – Sebanyak 20 orang yang mengajukan diri ke Kementerian Sosial akan diterjunkan untuk melakukan pendampingan terhadap sejumlah suku terasing yang ada di Indonesia.

Seluruh tenaga pendamping ini akan disebar di empat pulau yakni, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dengan masa pengabdian selama delapan bulan.

"Ini tahun kedua. Tahun pertama ialah masa pembangunan perumahan dan persiapan lain. Tahun kedua ini warga (masyarakat adat) sudah siap untuk bersosialisasi," kata Direktur Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Kementerian Sosial Hasbullah usai melepas tim Ekspedisi Komunitas Adat Terpencil di Jakarta, Jumat, 31 Maret 2017.

Dikatakannya, para pendamping ini nantinya ditugaskan untuk memberi penguatan di bidang sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. "Kita ingin ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat. Kemudian mendorong anak-anak warga untuk belajar membaca, menulis dan berhitung," kata Hasbullah.

Seluruh tim pendamping ini merupakan mereka yang lolos seleksi untuk tugas pendampingan. Sebelumnya, telah ada 3.206 orang yang mengajukan, mereka kemudian menjalani seleksi administrasi dan didapati 246 orang. Lalu diseleksi lagi hingga menjadi 20 orang.

"Mereka merupakan alumni dari perguruan negeri tinggi di seluruh Indonesia."

Menggali kebutuhan

Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyebutkan bahwa semangat kerja dari tim ekspedisi ini adalah menggali kebutuhan dari para komunitas adat yang kini masih terasing di sejumlah wilayah Indonesia.

"Bukan kita yang mengajari mereka budaya perkotaan kita, tetapi kita yang harus menyesuaikan dengan budaya mereka," kata Khofifah.

Khofifah juga meyakinkan bahwa, tim yang diutus tidak akan menghilangkan kearifan lokal yang telah tumbuh di kalangan komunitas adat tersebut. "Kita tidak merubah budaya mereka, tapi kita mengintervensi dengan apa yang mereka inginkan."