Polisi Minta Bulog Tak Takut Investigasi Beras Diduga Oplos

Gudang penyimpanan beras Bulog Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, digerebek polisi pada Senin, 24 Juli 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Aji YK Putra

VIVA.co.id - Polisi masih menyelidiki kasus beras untuk warga miskin (raskin) yang diduga beras oplosan hasil penggerebekan di sebuah gudang penyimpanan Badan Urusan Logistik (Bulog) Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

Polisi mengirimkan sampel beras itu kepada Laboratorium forensik (Labfor) untuk diteliti kandungan atau campurannya. Hasil uji laboratorium akan dijadikan dasar untuk menetapkan tersangka kepada tiga orang yang diperiksa setelah penggerebekan kemarin.

Menurut Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan, Inspektur Jenderal Polisi Agung Budi Maryoto, sampel beras itu diambil dari sejumlah barang bukti yang disita polisi, di antaranya, beras pengadaan tahun 2016 dan 2017 serta beras oplosan.

"(beras) splosan ini yang saya kirimkan dulu ke laboratorium, baru bisa penetapan tersangka," kata Agung dalam konferensi pers di Palembang pada Selasa, 25 Juli 2017.

Polisi akan lebih dahulu menganalisis hasil uji laboratorium pada sampel beras itu sebelum menentukan ada atau tidak pelanggaran hukum. "Saya tidak mau gegabah, pastikan dulu ke labfor," katanya.

"Nanti kita kawinkan (dianalisis antara sampel bukti) sama aturannya bagaimana. Kalau tidak salah, tidak usah takut. Bertahap dulu, nanti baru kita panggil (Kepala Bulog)," ujarnya.

Sebanyak 39,3 ton beras oplosan yang tidak layak konsumsi bercampur kutu disita aparat Polda Sumatera Selatan di gudang penyimpanan beras Bulog di Kabupaten Lahat pada Senin, 24 Juli 2017.

Agung Budi Maryoto mengatakan, beras yang tidak layak itu telah dicampur dengan beras raskin untuk didistribusikan ke masyarakat miskin oleh oknum pekerja bulog dengan beras kualitas sedang.

Gudang penyimpanan beras Bulog Kabupaten Lahat digerebek polisi pada Senin, 24 Juli 2017. Ditemukan sedikitnya 39,3 ton beras oplosan tak layak konsumsi dan bahkan bercampur kutu.

Polisi menengarai beras-beras yang didistribusikan untuk warga miskin itu dioplos oleh oknum pekerja Bulog. Modus operandinya, beras raskin dioplos dengan beras jenis lain. Setelah didistribusikan, ternyata banyak warga miskin yang menolak dan mengembalikannya kepada Bulog. Beras yang telah dikembalikan itu dioplos lagi oleh oknum pekerja Bulog.

Modus lain, menurut polisi, beras pengadaan tahun 2016 yang tak habis di tahun itu dicampur dengan beras baru pengadaan tahun 2017. Setelah itu baru didistribusikan lagi kepada warga.

"Dugaannya sudah didistribusikan di Kabupaten Muara Enim, Empat Lawang, Pagaralam, Pali, dan Prabumulih," kata Agung Budi Maryoto, kemarin.

Bulog membantah kabar yang menyebutkan bahwa satu gudang penyimpanan beras di Kabupaten Lahat berisi beras oplosan. Sebagian beras yang ditemukan polisi di gudang itu disebut beras reprocessing.

Beras reprocessing, menurut Bulog, misalnya, beras yang kurang bagus diolah lagi atau diperbaiki sesuai standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Reprocessing bisa saja meliputi pencampuran beras tertentu dengan beras lain. (Baca: Bulog Bantah Gudang yang Digerebek Polisi Berisi Beras Oplos)