Usut Beras Oplosan, Satgas Sebut Tak Ada Motif Politik

Kepala Satgas Pangan Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto (Tengah).
Sumber :
  • VIVA.co.id/Aji YK Putra

VIVA.co.id - Tim Satgas Pangan Mabes Polri mendatangi Markas Polda Sumatera Selatan untuk melihat kasus dugaan pengoplosan beras raskin yang dituduhkan kepada Bulog Kabupaten Lahat.

Menurut Kepala Satgas Pangan Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, sampel beras yang disita dari gudang Bulog Lahat masih diteliti di laboratorium forensik untuk memastikan oplosan atau tidak.

"Kalau memang layak untuk dikonsumsi, kita akan rilis. Tapi kalau itu tidak layak konsumsi, mohon maaf proses hukum tetap kita lanjutkan. Satgas pangan tidak melihat perusahaan swasta atau tidak, kita lihat siapa pelakunya, kita profesional," kata Setyo di Palembang pada Jumat, 28 Juli 2017. 

Sampel beras yang diduga oplosan yang disita polisi dari gudang Bulog di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. (VIVA.co.id/Aji YK Putra)

Melihat kondisi beras raskin yang dioplos itu, Setyo sepakat yang dilakukan warga dengan mengembalikannya ke gudang Bulog. Dia berpendapat, kualitas beras itu memang buruk, banyak yang patah. "Sangat jauh sekali kualitas beras raskin sama oplosan ini," ujarnya.

Beras raskin dengan kualitas baik hasil pengadaan tahun 2017 diduga dioplos dengan beras sejenis hasil pengadaan tahun 2016, yang sebagian besar patah-patah dan berkutu.

Setyo menolak berspekulasi mengenai hasil uji laboratorium. Polisi pasti mengumumkan secara terbuka apa pun hasilnya, begitu juga dengan status lima orang pejabat Bulog yang diperiksa sebelumnya.

"Kita tidak ada masalah politik dalam kasus ini. Kami dari Satgas Pangan Polri (bekerja) profesional," kata Setyo, yang juga Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri.

Puluhan ton

Gudang penyimpanan beras Bulog Kabupaten Lahat digerebek polisi pada Senin, 24 Juli 2017. Ditemukan sedikitnya 39,3 ton beras oplosan tak layak konsumsi dan bahkan bercampur kutu.

Polisi menengarai beras-beras yang didistribusikan untuk warga miskin itu dioplos oleh oknum pekerja Bulog. Modus operandinya, beras raskin dioplos dengan beras jenis lain. Setelah didistribusikan, ternyata banyak warga miskin yang menolak dan mengembalikannya kepada Bulog. Beras yang telah dikembalikan itu dioplos lagi oleh oknum pekerja Bulog.

Modus lain, menurut polisi, beras pengadaan tahun 2016 yang tak habis di tahun itu dicampur dengan beras baru pengadaan tahun 2017. Setelah itu baru didistribusikan lagi kepada warga.

"Dugaannya sudah didistribusikan di Kabupaten Muara Enim, Empat Lawang, Pagaralam, Pali, dan Prabumulih," kata Agung Budi Maryoto, kemarin.

Bulog membantah kabar yang menyebutkan bahwa satu gudang penyimpanan beras di Kabupaten Lahat berisi beras oplosan. Sebagian beras yang ditemukan polisi di gudang itu disebut beras reprocessing.

Beras reprocessing, menurut Bulog, misalnya, beras yang kurang bagus diolah lagi atau diperbaiki sesuai standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Reprocessing bisa saja meliputi pencampuran beras tertentu dengan beras lain. (Baca: Bulog Bantah Gudang yang Digerebek Polisi Berisi Beras Oplos)