Ketika Pendekar Senayan Terjungkal
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA – Bak jatuh tertimpa tangga, usai resmi mengenakan rompi aranye khas tahanan KPK, Setya Novanto kini terancam 'dicopot' dari Partai Golkar.
Arus wacana di internal partai berlambang beringin itu pun seperti perlahan menyadari bahwa 'pendekar senayan' itu telah membuat Golkar menjadi tercoreng.
Kasusnya di komisi Antirasuah soal proyek Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP), perlahan menjadi bumerang bagi Golkar, khususnya untuk persiapan Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019.
Atas itu, sehari usai Setya Novanto ditahan KPK, Golkar segera merapatkan barisan untuk mengambil sikap soal sang ketua partai sekaligus Ketua DPR itu.
"Hari ini kita putuskan (nasib Setya Novanto)" kata Ketua Harian DPP Golkar, Nurdin Halid, Selasa, 22 November 2017.
Ya, bagi Golkar suksesi partai menjadi lebih penting ketimbang Setya Novanto yang beberapa kali membuat kontroversial atas ulahnya.
"Bagian terpenting dari agenda konsolidasi organisasi memastikan kepemimpinan partai ini bisa berjalan efektif, sehingga Golkar tidak hanya eksis melakukan langkah politik dan optimistis mencapai target politik yang sudah ada," tambah Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham.
Dan yang jelas, berkat Setya Novanto yang 'menabrak tiang listrik' setidaknya kini bisa menggedor Golkar untuk evaluasi secara menyeluruh.
Apalagi, partai koalisi pemerintah ini sejak beberapa waktu lalu kerap tercemplung dalam konflik internal. Sehingga diharapkan dengan momentum drama 'Tele-Novanto' dapat menjadi nafas baru untuk Golkar, khususnya melebur faksi-faksi yang sudah membeku.
"Ada faksi Aburizal Bakrie, faksi Jusuf Kalla, faksi Akbar Tandjung, faksi Agung Laksono. Bagaimana empat faksi ini diajak berembuk, mau dibawa ke mana Golkar?" Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro.
Lalu sejauh mana respons Setya Novanto soal ini? Merujuk dari klaim Idrus Marham yang mengaku mendengar langsung pernyataan Setya Novanto, menyebutkan bahwa kini perwakilan Golkar dari Daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur itu telah legowo.
"Secara pribadi dari hati ke hati Pak Nov itu sudah menyampaikan kepada saya, ya bahwa kalau memang proses perjalanannya seperti ini, dia ikhlaskan semua," kata Idrus menirukan ucapan Setya.
Ya, apa pun itu kini 'pendekar senayan' bernama Setya Novanto telah terjungkal. Posisinya sebagai Ketua DPR sekaligus Ketua Umum bakalan kandas. Sudahlah tiang listrik membuat sial karena melukai kepalanya, KPK akhirnya dengan mudahnya mencokok Setya.
Dan yang sialnya lagi, Setya Novanto tak cuma membuat Golkar tersangkut namun juga nama DPR secara keseluruhan. Muruah DPR pun makin menjadi tercoret.
"Akhirnya DPR kan terdegradasi. Dalam artian busuk kan citranya," kata Wakil Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Gerindra Desmond J Mahesa.