BPN: Istilah 'Perang Total' Tanda Petahana akan Halalkan Segala Cara
- VIVA/Ridho Permana
VIVA – Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahaean, menilai istilah ‘perang total’ yang dilontarkan oleh Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Moeldoko, menunjukkan bahwa kubu petahana dalam kondisi tertekan.
“Pernyataan perang total itu merupakan bentuk pernyataan dari pihak yang sadar dirinya kalah dan tertekan. Pilihan satu-satunya adalah perang total hingga mati karena jalan mundur tidak ada,” kata Ferdinand di Jakarta, Rabu, 27 Februari 2019.
Politikus Partai Demokrat ini mengartikan istilah ‘perang total’ Moledoko menunjukkan kubu pasangan calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 01 akan menghalalkan segala cara demi meraih kemenangan.
“Menghalalkan segala cara yang penting bisa keluar dari kekalahan. Upaya terakhir menyelamatkan diri meski kita tahu itu tidak akan berhasil,” ucapnya.
Ferdinand juga berpendapat, pernyataan Moeldoko tersebut bermuatan provokatif yang malah membuat masyarakat bawah berkonflik.
“Dampak dari pernyataan ini bisa membuat gesekan dan konflik di bawah akan semakin besar potensinya terjadi,” kata mantan relawan Jokowi pada Pilpres 2014 lalu.
Di sisi lain, Ferdinand mempertanyakan posisi Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresidenan yang mengeluarkan pernyataan semacam itu. Dia seharusnya bisa membedakan posisinya sebagai tim pemenangan capres dan pejabat negara.
“Pernyataan Moeldoko tersebut adalah pernyataan yang tidak bisa membedakan posisinya sebagai pejabat negara atau tim sukses. Moeldoko terlalu banyak bicara tentang politik pilpres sementara jabatannya adalah pejabat negara setingkat menteri. Ini tidak baik,” ujarnya.
Sementara itu, Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon, mengkritik istilah perang total yang diucapkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Dia menyebut bahwa istilah itu justru diciptakan oleh salah satu tokoh terkemuka dalam Perang Dunia II.
"Istilah itu dimulai oleh Joseph Goebbels, tangan kanan Hitler dari Partai Nazi," kata Fadli.
Fadli menuturkan, dalam kampanye perang pada 1943, Jerman hampir kalah. Lalu muncullah istilah perang total tersebut sebagai bagian dari propaganda dan usaha mengeluarkan seluruh daya upaya, apapun yang tersisa dari kekuatan Partai Nazi.
“Jerman sudah hampir kalah oleh sekutu. Keluarlah istilah perang total," kata Fadli.
Menurutnya, pernyataan perang total dari Moeldoko tidak bisa dipisahkan dari muatan politik. Apalagi yang mengucapkan adalah seorang jenderal purnawirawan.
"Kata, istilah yang mungkin kurang tepat, kecuali mungkin sudah kepepet. Jerman mau kalah, dia menggunakan segala sumber daya. Apakah keadaan 01 sudah sangat kepepet sehingga menyatakan perang total?" kata Fadli. (ase)