Pencalonan Agus Yudhoyono Dinilai Bukan Politik Dinasti

Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.
Sumber :
  • ANTARA/Sigid Kurniawan

VIVA.co.id – Langkah Partai Demokrat dan koalisinya yang mengusung putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono, menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dinilai sebagian pihak sebagai bentuk melanggengkan “politik dinasti.” 

Namun, mantan Politikus Demokrat yang kini menjadi Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Gede Pasek Suardika, menganggap bahwa majunya Agus Yudhoyono ke Pilkada DKI bukanlah bentuk politik dinasti. Bagi dia, Agus tidak langsung mendapat warisan jabatan, kecuali kalau SBY saat ini berstatus Gubernur DKI Jakarta. 

Pasek memberikan contoh, dinasti politik juga bisa terjadi jika dalam konteks pergantian ketua umum partai, SBY memberikannya kepada Agus. Namun, untuk konteks Pilkada DKI, Agus sebagai salah satu calon gubernur harus bersaing dengan para kandidat lain. 

"Agus harus mencari dukungan ke rakyat karena yang menentukan adalah rakyat di Jakarta, bukan SBY. Sehingga enggak pas disebut dinasti. Tapi kalau menjadi ketua umum Partai Demokrat dengan dialihkan begitu saja ke anaknya maka bisa disebut membangun dinasti," kata Pasek kepada VIVA.co.id di Senayan, Jakarta, Senin 10 Oktober 2016.

Pasek mengatakan, Agus melakukan pilihan radikal dalam hidupnya, beralih dari kehidupan militer yang penuh disiplin dan tegas menjadi kegiatan dunia politik yang dinamis. Dia menilai Agus juga mengambil tantangan harus bisa beradaptasi dengan baik.  

"Jika berhasil maka dia memang punya bakat politik dan haknya untuk berkembang seperti politisi muda lainnya," ujar Pasek.

(ren)