Hindari Denda, Malaysia Cari Cara Batalkan Proyek Kereta Cepat

Kereta kecepatan tinggi milik China generasi kedua.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dusep Malik

VIVA – Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengakui, Pemerintah Malaysia terus melakukan negosiasi atas penundaan proyek kereta api berkecepatan tinggi dengan Pemerintah Singapura.

Dilansir dari Reuters, Kamis 19 Juli 2018, Mahathir akan terus mencari cara untuk menegosiasi proyek tersebut dengan Singapura, termasuk terkait kompensasi yang harus dibayar.

"Masalahnya adalah jika kita secara sepihak membatalkan perjanjian, kita harus membayar kompensasi yang sangat tinggi," kata Mahathir di parlemen Kamis 19 Juli 2018.

Upaya PM tertua di dunia ini, dilakukan secara cepat karena mengingat situasi keuangan Malaysia, yang kurang baik usai pergantian pemerintahan. Sehingga, proyek tersebut harus ditunda.

Sebelumnya, diberitakan Pemerintah Malaysia sedang alami dilema terhadap bengkaknya utang luar negeri yang meningkat sebesar US$50 miliar setara Rp700 triliun.

Atas hal itu, Perdana Menteri Mahathir Mohamad akan mengkaji ulang sejumlah proyek infrastruktur besar di negara tersebut. Termasuk, proyek kereta berkecepatan tinggi senilai U$17 miliar.

Selain itu, Mahathir juga melakukan negosiasi terhadap proyek kereta Link East Coast Rail senilai 55 miliar ringgit atau setara US$13,82 miliar. Proyek ini adalah bagian dari kesepakatan dengan China, terkait Belt and Road intiative yang dimulai tahun lalu.  

Perlu diketahui, saat ini, utang pemerintah Malaysia mencapai lebih dari satu triliun ringgit atau sekitar US$251,32 miliar. Uang tersebut setara Rp3,514 triliun atau 80 persen dari Produk Domestik Bruto Malaysia. Dengan pembatalan sejumlah proyek tersebut, Malaysia perkirakan akan menghemat beban utang sebesar US$50,26 miliar. (asp)