Krisis Turki Gerus Selera Investasi di Negara Berkembang, Rupiah Loyo

Ilustrasi rupiah melemah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali mengalami pelemahan hari ini. Berdasarkan data Bank Indonesia, dolar AS dipatok di atas Rp14.600, 

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisbor) BI, rupiah melemah di perdagangan antarbank ke level Rp14.625 per dolar AS dari sebelumnya pada perdagangan kemarin dibanderol Rp14.583 per dolar AS. 

Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed dalam analisisnya yang diterima VIVA, Selasa 14 Agustus 2018 menjelaskan, rupiah mengalami tekanan jual yang tinggi karena krisis ekonomi di Turki mengganggu sentimen global dan menciptakan kondisi risk-off. Sejak kemarin rupiah merosot ke level yang tak pernah tersentuh sejak Oktober 2015. 

"Rupiah sepertinya akan tetap tertekan karena selera risiko investor yang rendah dan dolar AS yang menguat secara umum," ujarnya. 

Menurut dia, investasi di negara-negara berkembang menjadi tidak diinati oleh investor karena krisis yang terjadi di Turki saat ini. 

"Risk-off yang dipicu krisis Turki mengurangi minat terhadap aset pasar berkembang," ujarnya menambahkan. 

Selain rupiah, rand Afrika Selatan merosot lebih dari 10 persen hingga saat ini, mencapai level terendah dua tahun yaitu 15.32 rand per Dolar. Peso Argentina dan rubel Rusia termasuk mata uang pasar berkembang yang merosot paling drastis. 

Sementara itu euro tergelincir ke bawah 1.14 terhadap dolar AS, disaat investor mencoba untuk menimbang kekacauan yang dapat diakibatkan Turki terhadap perbankan Eropa. Bank Spanyol, Prancis, dan Italia memiliki eksposur besar terhadap utang Turki.
 
Pasar saham Asia juga terhantam. Indeks Nikkei, KOSPI, Shanghai, dan Hong Kong merosot lebih dari 1.6 persen kemarin. Sedangkan di Indonesia, IHSG telah merosot sekitar 215 poin pada perdagangan kemarin atau 3,55 persen, pagi ini pun pelemahan pun terjadi namun hingga pukul 11 IHSG sudah kembali menanjak naik. (mus)