Jengkol dan Petai RI Hipnotis Dunia, Diburu hingga Pelosok

ilustrasi Jengkol
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Komoditas pertanian Indonesia semakin mendapatkan tempat di pasar dunia saat ini. antara lain yang jadi sorotan saat ini adalah jengkol dan petai.

Ekspor kedua komoditas itu tahun ini terus mengalami peningkatan. Bahkan sejumlah negara pun memburu hingga ke pelosok daerah untuk mendapatkan jengkol dan petai produksi petani Indonesia.

Alhasil, bertambahlah potensi ekspor komoditas pertanian RI dari berbagai pintu dagang di seluruh Indonesia. Salah satunya seperti yang terjadi di Sumatera Utara.

Pada akhir Agustus lalu, Sumut mencatatkan sejarah baru ekspor perdana komoditas jengkol dan petai. Kedua komoditas tersebut dikirim untuk memenuhi permintaan pasar di Jepang.

Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, Andi Yusmanto menjelaskan, ekspor jengkol dan petai itu, merupakan permintaan dari Jepang sendiri. Sehingga, eksportir di Sumatera Utara mengumpulkan jengkol dan petai dari petani khususnya di Kabupaten Karo.

Menurutnya, jengkol dan petai Indonesia diburu hingga pelosok daerah oleh Jepang, karena merupakan salah satu yang terbaik untuk dijadikan bahan baku es krim.

"Jepang sangat suka jengkol dan petai itu. Karena dibuat untuk campuran es krim. Jadi, Sangat menarik juga kan?. Selama ini, petai dan jengkol dinilai petani kita memiliki nilai lebih," sebut Andi saat berbincang dengan VIVA, dikutip Kamis, 2 September 2021.

Dengan memiliki potensi ekspor yang baik. Andi mengungkapkan para petani di Kabupaten Karo meminta, ekspor jengkol dan petai dapat dilakukan secara rutin setiap bulannya. Tidak hanya untuk memenuhi permintaan dari Jepang, tapi juga negara-negara lainnya.

Baca juga: Harapan Besar Jokowi ke IPB Bantu Genjot Kemandirian Pangan RI

Andi mengatakan berdasarkan sejarah ekspor di Sumatera Utara ini. Baru kali ini atau perdana ekspor jengkol dan petai dari Kabupaten Karo ke Jepang melalui Karantina Pertanian Belawan, Sabtu 28 Agustus 2021. Dengan nilai ekspor mencapai Rp339 juta.

"Belum ada, ini pertama kali kita kirim dari Sumatera Utara ini. Dengan eskportir ini membuka peluang usaha para petani kita, khususnya di Karo itu," jelas Andi.

Andi menjelaskan, pihak Karantina Belawan memastikan agar jengkol dan petai ini, layak untuk masuk ke Jepang. Dengan terbebas dari hama penyakit dan kondisi komoditi ini sampai negara tujuan dalam keadaan segar.

"Kita dari karantina sudutnya pandangnya, bagaimana komoditas jengkol dan petai, bisa masuk Jepang. Biar komoditas jengkol dan petai, harus memiliki syarat seperti ini loh. Supaya tidak ditolak, sudah dikirim sampai sana ditolak pula. Jangan sampai lah," tutur Andi.

Andi mendorong para petani di Kabupaten Karo untuk terus mengali potensi tanaman yang mampu menembus pasar internasional. Apalagi, untuk jengkol dan petai belum ada budidaya tanaman khusus di daerah tersebut.

"Jengkol dan petai ini, belum menjadi budidaya tanaman hamparan (khusus). Hanya ditanam beberapa pohon saja di kebun. Jadi, bagaimana ke depannya, jengkol dan petai menjadi model budidaya khusus," kata Andi.

Selain itu menurutnya, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahamyadi menginginkan, semua pihak untuk sama-sama meningkatkan potensi pertanian untuk di ekspor. Karena, untuk jengkol dan petai sendiri, sudah menjadi peluang usaha dan ekspor baru bagi petani di Kabupaten Karo.

"Kata eskportir jengkol dan petai untuk campura es krim. Kita tidak terpikir, es krim rasa jengkol. Tapi, ini menjadi kesempatan dan peluang kita lah," ucap Andi.

Seperti diketahui, pada Minggu, 29 agustus 2021, sebanyak 4 ton jengkol dan petai asal Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara perdana di ekspor ke Jepang melalui Karantina Pertanian Belawan.

Tidak hanya ke Jepang, Kedua komoditas ini pun laris manis diburu di berbagai negara, dari Asia hingga Eropa. Bahkan, Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), aroma jengkol dan petai Indonesia pun semerbak hingga kawasan Timur Tengah.

Mengutip data BPS kedua komoditas ini masuk ke dalam kode HS 07089000, yakni sayuran polong-polongan lainnya, dikupas atau tidak serta segar atau didinginkan.

BPS mencatat, sepanjang tahun ini saja, komoditas tersebut telah diekspor seberat 522.875 ton ke berbagai negara di dunia hingga Juni 2021. Sementara itu, dari sisi nilai ekspornya sendiri tercatat mencapai US$755.658.