Menyusuri Tambang Tembaga dan Emas Terbesar Dunia

Tambang terbuka Grasberg atau Grasberg Open Pit.
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA Bisnis – Setinggi 4.200 meter di atas permukaan laut Arafura, terbentang tanah yang kaya akan sumber daya mineral. Itulah tambang yang dikelola PT Freeport Indonesia, Grasberg. Posisinya ada di Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Bersebelahan dengan Puncak Cartenz dan Puncak Jaya, lokasi tertinggi yang ada di Indonesia, 4.884 mdpl.

Tambang terbuka Grasberg atau disebut Grasberg Open Pit itu telah digali sejak tahun 1990. Kini, kondisinya telah membentuk cekungan raksasa berdiameter 4 km dengan kedalaman 1,2 km. Operasi tambang di lokasi terbuka itu sudah dihentikan sejak 2019.

"Sejak 2019 Grasberg Open Pit (tambang terbuka) sudah selesai (produksi). Bukan berarti cadangannya sudah tidak ada lagi, tapi sudah terlalu lebar (diameternya), sudah terlalu dalam. Karena kalau didalami lagi, berarti ke kiri dan kanannya diagonal penampangnya harus diperlebar lagi. Dan itu akan sangat mahal biayanya," kata Presiden Direktur Freeport Indonesia, Tony Wenas menjelaskan Grasberg dikutip Selasa, 11 April 2023.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Freeport pun kini fokus mencari tembaga hingga emas ke tambang bawah tanah atau underground mine. Tambang bawah tanahnya ternyata juga tak kalah kayanya. Diperkirakan menyimpan cadangan mineral berharga atau konsentrat terbukti sekitar 3 miliar ton yang bisa diolah hingga tahun 2054, bahkan lebih. Tak salah jika disebut bahwa tambang ini menjadi salah satu tambang tembaga dan emas terbesar dunia.

Konsentrat tersebut bisa diolah menghasilkan tembaga, perak hingga emas. Cadangan 3 miliar ton itu belum termasuk data cadangan yang belum dieksplorasi atau belum terbukti. Jika menghitung potensi tersebut, maka proses penambangan bisa berlanjut hingga 2074.

Untuk itulah, lanjut Tony, Freeport telah merencanakan pembukaan tambang bawah tanah sejak tahun 2004, yaitu Grasberg Block Cave (GBC) dan Deep Mill Level Zone (DMLZ). Selain GBC dan DMLZ, ada tambang lainnya yaitu Big Gossan Stope, Deep Ore Zone Block Cave dan Kucing Liar Block Cave.

"Itu (GBC dan DMLZ) kita rencanakan dari 2004 dan mulai kita tambang tahun 2016. 12 tahun waktu yang dibutuhkan oleh Freeport untuk membuka tambang bawah tanah yang sekarang kita tambang. Jadi kalau kita katakan, investasi di tambang itu memang sangat long term, bukan short term," kata Tony.

Akses ke Fasilitas Dataran Rendah hingga Dataran Tinggi

Tambang bawah tanah Grasberg Block Cave.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA berkesempatan menyusuri tambang bawah tanah Grasberg Block Cave, Deep Mill Level Zone (DLMZ) dan juga Grasberg Open Pit.

Untuk menuju lokasi tersebut, memang tak bisa sembarang pengunjung masuk ke sana. Penjagaan ketat dilakukan sejak dari daerah Timika, salah satu area yang jadi wilayah operasi Freeport Indonesia. Tentu saja, salah satu alasan penjagaan ketat karena masih banyak pergolakan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Jika terbang dari Jakarta, pengunjung akan mendarat di Bandara Mozes Kilangin, Timika. Bandara ini merupakan salah satu penunjang utama operasional Freeport Indonesia dan lalu lintas karyawan. Setibanya di sana, pengunjung akan menaiki kendaraan anti peluru menuju penginapan di Rimba Papua.

Bus anti peluru.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA dan rombongan lainnya pun sempat meninjau area reklamasi di mile 21 menggunakan bus anti peluru tersebut. Area tailing di seluas 100 hektare di mile post 21 ini sudah berhasil direklamasi dan dikelola menjadi lahan perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan serta menjadi sarana pendidikan lingkungan dan konservasi. 

"Area Tailing, Mile Post 21, itu jika liat dari atas, ada peternakan sapi, ada sagu, ada ikan. Ada lebih dari 500 spesies yang tumbuh dan ini double, sudah lebih dari 1.000 spesies baru yang tumbuh. Berarti ekosistem yang ada di daerah itu terjaga dengan baik. dan berkembang dengan baik sesuai kebutuhan ekosistem itu sendiri," kata Tony Wenas.

Secara total, Tony menjelaskan, seluruh area tailing di PTFI luasnya mencapai 23 ribu hektare. Nantinya setelah operasi tambang selesai, akan dilakukan reklamasi dan penutupan tambang.

"(Daerah tambang) itu akan menjadi seperti ini (mile post 21) lagi kira-kira sekitar waktu 10 tahun. apalagi ditambah dengan bantuan manusia. Ini contoh kawasan Mile post 21 tahun 1996, kita lihat ini 2016, jauh sekali berbeda (kembali jadi tanah subur)," katanya.

Dijelaskannya, area tailing menjadi kembali seperti betul-betul hutan seperti semula butuh waktu sekitar 18 tahun. Bahkan tanaman dan pohon buah-buahan yang tumbuh di atasnya, tetap bisa dimakan dengan aman. Ada buah pisang, nanas, hingga semangka yang bisa tumbuh di lokasi tersebut.

Perjalanan Menggunakan Helikopter Menuju Tembagapura

Helikopter Airfast mendarat di mile 66 Tembagapura.

Photo :
  • Istimewa

Selanjutnya, VIVA melanjutkan perjalanan ke daratan tinggi di Tembagapura, sebuah area hunian karyawan, layaknya sebuah kota yang memiliki fasilitas lengkap. Ada fasilitas olahraga, hiburan hingga shopping mal.

Beruntung, karena cuaca cukup mendukung, maka perjalanan dilakukan dengan mengggunakan fasilitas helikopter dari Bandara Mozes Kilangin. Durasi perjalan menuju ketinggian 2.000 mdpl itu kurang lebih 20 menit. Lain halnya jika cuaca kurang bagus, maka perjalanan dengan bus anti peluru akan memakan waktu sekitar 2-3 jam. 

Setibanya di Tembagapura, pengunjung akan dites kesehatan untuk selanjutnya bisa mengunjungi tambang bawah tanah. Memakai APD lengkap, pengunjung menaiki mobil jeep menuju area tambang bawah tanah yang beroperasi yaitu, Grasberg Block Cave dan Deep Mill Level Zone (DMLZ).

Tambang bawah tanah Freeport Indonesia.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Tambang bawah tanah terbesar di dunia ini juga berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Nasional Indonesia (MURI). Hal itu karena pembangunan tempat ibadah berupa Masjid dan Gereja di lokasi terdalam. Kedalamannnya ada di 1.760 meter di bawah permukaan tanah, tepatnya di lokasi tambang DMLZ.

Masjid Al Baabul Munawwar di tambang bawah tanah DLMZ di kedalaman 1.760 meter di bawah permukaan tanah.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Sejumlah pengunjung dan karyawan muslim yang ada di sana berbuka puasa bersama. Selain itu karyawan kristiani melaksanakan ibadah Jumat Agung.

Masa Depan Grasberg Open Pit

Perjalanan menuju Grasberg Open Pit.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Untuk menuju tambang terbuka Grasberg di ketinggian 4.200 mdpl butuh waktu sekitar 1-2 jam dari Tembagapura di ketinggian kurang lebih 2.000 mdpl. Tambang ini mengggunakan metode penambangan terbuka sehingga memungkinkan penggunaan alat berat berukuran besar seperti shovel dan truk besar (Haul Truck) untuk menambang material. 

Tambang terbuka Grasberg.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Akse menuju Grasberg juga menjadi salah satu medan tersulit di dunia atau disebut juga Heavy Equipment Acces Trail (Heat) Road. Jalan ini dibuat dalam tempo 22 bulan dari Oktober 1990 sampai Juli 1992 oleh anak bangsa bernama Ilyas Hamid. 

"Kita sudah memiliki dokumen penutupan tambang dengan biaya sekitar Rp 7 triliun dan itu sudah kita rencanakan dari sekarang bagaimana penutupan tambang itu akan dilakukan pada tahun 2041," kata Tony

Puncak Cartenz di sebelah tambang terbuka Grasberg.

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Untuk tambang terbuka Grasberg sendiri, ke depannya bisa dijadikan tempat penampungan air, wisata edukasi hingga pariwisata. 

"Ini bisa dijadikan tempat penampungan air, bisa dijadikan sekolah tambang juga dan dijadikan daerah pariwisata. (Ada) beberapa alternatif lainnya juga," kata Tony.

Lokasi tambang terbuka Grasberg di ketinggian 4.200 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Photo :
  • VIVA/Fikri Halim

Tony Wenas mengatakan, area pasca tambang lainnya juga akan direklamasi semuanya. Di samping itu, pihaknya juga melakukan penanaman mangrove dengan target 10 ribu hektare per tahun 2041.

"Yang jelas itu akan direklamasi semuanya. dan itu nanti kami akan terus berdiskusi dengan pemerintah daerah. itu akan dijadikan lahan produktif yang seperti apa, jenis tanaman apa, jenis perkebunan apa di situ. karena di (bekas) tailing itu ternyata bisa subur," katanya. 

Ia mengatakan, perusahaan telah membuktikan kesuburan tanah bekas tailing di mile 21. Daerah tersebut juga bisa dijadikan daerah pariwisata.

"Jadi ada beberapa rencana yang kita buat dalam rencana penutupan tambang tersebut yang berupa leaving document, sehingga input-input dan keadaan masyarakat di sekitar sini pada saatnya nanti juga akan dinamis dan akan disesuaikan," tuturnya.

Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport Indonesia diketahui berlaku sampai tahun 2041. Dengan cadangan terbukti yang ada, Freeport sebetulnya bisa menambang sampai tahun 2054 atau bahkan lebih jika melihat potensi sumber daya.

"Kita (bahkan) masih punya potensi untuk menambang lebih dari 2054 mengingat ada sumber daya di bawah dari yang ada di bawah sekarang ini, sekitar 3 miliar ton (bebatuan dan konsentrat), dan kalau dikonversi sebagai cadangan itu bisa 1 sampai 1,5 miliar ton,” katanya.