Ini Penyebab Saham Rontok dan Harga Emas Melejit

Emas Batangan.
Sumber :
  • ANTARA/REUTERS/Leonhard Foeger/am.

Jakarta – Awal pekan ini, harga emas di pasar kembali meningkat hingga menyentuh level tertinggi (all time high). Sebaliknya harga saham rontok sehingga memicu pelemahan indeks di bursa.

Kondisi tersebut dipicu reaksi investor menyikapi eskalasi ketegangan di Timur Tengah, setelah Iran melancarkan serangan balasan ke Israel pekan lalu. Konflik di Timur Tengah mendorong investor memilih jalan aman dengan mengalihkan aset mereka yang berisiko, seperti saham, ke aset-aset yang lebih aman dari risiko fluktuasi harga, salah satunya komoditas emas.

Dampaknya, harga emas terus membubung. Pekan lalu, emas sempat menyentuh level tertinggi di kisaran US$ 2.400/troy ounce.

Analis dari Kiwoom Sekuritas Octavianus Audi menuturkan melemahnya harga saham dan sebaliknya melambungnya harga emas merupakan sinyal sikap dari investor. “Ini merupakan salah satu respons dari kejadian serangan (Iran terhadap Israel),” ujar Octavianus Audi, Selasa, 16 April 2024.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Meskipun demikian, dia menilai, eskalasi konflik di Timur Tengah tersebut memiliki dampak yang minim terhadap Indonesia. Namun, dia mengingatkan, dampaknya bisa membesar jika Israel melancarkan serangan balasan. Langkah itu diyakini akan menyeret negara-negara koalisi ke dalam pusaran konflik, bahkan berpotensi melahirkan perang dunia, sehingga akan menciptakan efek domino yang negatif bagi perekonomian global.
 
Octavianus mengatakan, emiten kategori cyclical akan sensitif terhadap ekonomi makro di tengah kondisi geopolitik. “Investor disarankan untuk wait and see terlebih dahulu dengan menantikan perkembangan geopolitik ke depannya,” jelasnya.
 
Kekhawatiran tersebut tak lepas dari posisi Iran yang termasuk dalam 10 produsen minyak terbesar di dunia. Produksi minyak Iran mencapai 3,6 juta barel per hari. Jika terjadi aksi serangan balasan oleh Israel dan berlanjut dalam jangka panjang, kekhawatiran akan terjadi kenaikan harga minyak semakin meningkat sehingga akan mendorong inflasi. 

Secara historis, Octavianus mengatakan, kenaikan inflasi berawal dari harga minyak mentah dunia yang menembus US$100/barel.
 
“Beberapa negara masih belum selesai dengan permasalahan inflasi yang di luar target bank sentral. Kekhawatiran suku bunga bertahan pada level tinggi untuk jangka panjang sangat terbuka,” ujarnya.
 
Selain ketegangan geopolitik, potensi pemangkasan suku bunga Fed menurun hanya menjadi dua kali tahun ini dan di bawah ekspektasi pasar sebelumnya juga cenderung berdampak negatif pascalibur Bursa.
 
“Kami mengkhawatirkan dalam jangka panjang akan menggerus daya beli masyarakat sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi,” tutupnya. 

Artikel ini telah ditayangkan di Investortrust.id dengan judul “Analis: Ketegangan Geopolitik Buat Investor Alihkan Aset dari Saham ke Emas”.